Wednesday, March 22, 2017

Makalah Peranan Kepemimpinan dalam Sebuah Organisasi

Peranan Kepemimpinan dalam Sebuah Organisasi - Kepemimpinan (leadership) merupakan proses yang harus ada dan perlu diadakan dalam kehidupan manusia selaku makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup bermasyarakat sesuai kodratnya bila mereka melepaskan diri dari ketergantungannya pada orang lain. Hidup bermasyarakat memerlukan pemimpin dan kepemimpinan. Kepemimpinan dapat menentukan arah atau tujuan yang dikehendaki, dan dengan cara bagaimana arah atau tujuan tersebut dapat dicapai.



Berikut materi lengkapnya dalam bentuk makalah, semoga bermnfaat!





BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia  memerlukan interaksi di setiap pekerjaanya baik dengan lingkungan maupun dengan sesama manusia. Manusia hidup secara berkelompok, baik kelompok kecil
maupun kelompok besar. Oleh sebab itu di antara anggota kelompok tersebut memerlukan pemimpin untuk dapat mempersatukan mereka di dalam satu visi dan
misi. Untuk mengelolanya diperlukan pemimpin yang mempunyai jiwa kepemimpinan yang kuat sehingga dapat mempersatukan dan menjadi panutan
bagi kelompoknya.
Sama halnya dengan organisasi, organisasi yang di dalamnya melibatkan lebih dari satu individu memerlukan pemimpin untuk membimbing para anggotanya untuk dapat menjadi satu kesatuan sehingga dapat mempersatukan pikiran pikiran dari anggotanya dalam satu tujuan satu visi dan satu misi. Pemimpin yang baik dalam segi pemikiran maupun tindakan serta mengayomi bawahannya adalah salah satu kriteria contoh pemimpin yang baik.  
Pemimpin yang karismatik merupakan salah satu aspek dalam kriteria pemimpin yang baik, dan untuk menjadi sosok pemimpin yang dapat  diandalkan dan dapat menjadi panutan bagi setiap anggotanya para pemimpin  seharusnya memilik aspek tersebut. Sehingga nantinya pemimpin dapat memberikan pengarahan dengan baik dan memberikan inovasi inovasi dalam masa kepemimpinannya. Sehingga dalam makalah kali ini saya akan membahas tentang Pemimpin yang karismatik dan visionar meliputi pengertian hingga cara menjadi pemimpin yang karismatik dan visioner itu sendiri
1.2  Rumusan Masalah
1.      Apakah peranan kepemimpinan dalam sebuah organisasi?
2.      Apakah yang disebut dengan kepemimpinan karismatik?
3.      Apa saja Indikator Karismatik?
4.      Bagaimanakah cirri-ciri pemimpin yang karismatik ?
5.      Bagaimanakah Perilaku-perilaku Pemimpin yang Kharismatik?
6.      Bagaimanakah Tipe Pemimpin yang Karismatik?
7.      Bagaimanakah Sifat dan Proses Pengaruh Pemimpin Kharismatik?
8.      Apasajakah Konsekuensi dari Pemimpin Kharismatik?
9.      Siapa saja Contoh Pemimpin Karismatik?
1.3  Tujuan Pembahasan
1.      Untuk mengetahui peranan kepemimpinan dalam sebuah organisasi.
2.      Untuk mengetahui definisi dari kepemimpinan karismatik.
3.      Untuk mengetahui indikator karismatik.
4.      Untuk mengetahui ciri-ciri pemimpin yang karismatik.
5.      Untuk mengetahui perilaku-perilaku pemimpin yang kharismatik.
6.      Untuk mengetahui tipe pemimpin yang karismatik.
7.      Untuk mengetahui sifat dan proses pengaruh pemimpin kharismatik.
8.      Untuk mengetahui konsekuensi dari pemimpin kharismatik.
9.      Untuk mengetahui contoh pemimpin karismatik.





BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Peranan Kepemimpinan dalam Sebuah Organisasi
Berbagai pendapat dan definisi kepemimpinan muncul, sesuai dengan dari  segi apa orang memandang segi kepemimpinan tersebut. Kepemimpinan dapat  diartikan sebagai sifat-sifat, perilaku pribadi, pengaruh terhadap orang lain, pola- pola interaksi, hubungan kerja sama antar peran, kedudukan dari suatu jabatan  administrative, dan presepsi lain-lain tentang legitimasi pengaruh (Wahjosumijo,  1999). Menurut Rich ad Hull (1999: 135), Kepemipinan adalah kemapuan  mempengaruhi pendapat, sikap dan perilaku orang lain. Hal ini berarti bahwa setiap orang mampu mengatur dan mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan bersama dan dapat berfungsi sebagai pemimpin.
Kepemimpinan (leadership) merupakan proses yang harus ada dan perlu diadakan dalam kehidupan manusia selaku makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup bermasyarakat sesuai kodratnya bila mereka melepaskan diri dari ketergantungannya pada orang lain. Hidup bermasyarakat memerlukan pemimpin dan kepemimpinan. Kepemimpinan dapat menentukan arah atau tujuan yang dikehendaki, dan dengan cara bagaimana arah atau tujuan tersebut dapat dicapai. Kepemimpinan seseorang berperan berbagai penggerak dalam proses kerja  sama antara manusia dalam organisasi termasuk sekolah. Untuk lebih jelas di bawah ini akan diuraikan mengenai pengertian tentang kepemimpinan.
Menurut Paul Heresay dan Keneth H. Blanchard yand dikutip oleh Pandji Anoragan dalam bukunya Perilaku Keorganisasian, pemimpin adalah orang yang dapat mempengaruhi kegiatan individu atau kelompok dalam usaha untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu "(Pandji Anoraga, 1995:186).
Menurut Martin J. Gannon, sebagaimana dikutip oleh Pandji Anoraga, pemimpin adalah seorang atasan yang mempengaruhi perilaku bawahannya" Sedangkan menurut Kartini Kartono (1998:84), pemimpin adalah pribadi yang memiliki kecakapan khusus dengan atau tanpa pengangkatan resmi dapat mempengaruhi kelompok yang dipimpinnya, untuk melakukan usaha bersama mengarah pada pencapaian saran- saran tertentu."
Dari definisi di atas jelas bahwa, seorang pemimpin adalah orang yang  memiliki posisi tertentu dalam hirarki organisasi. Ia harus membuat perencanaan,  pengorganisasian dan pengawasan serta keputusan efektif. Pemimpin selalu  melibatkan orang lain, Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa dimana ada pemimpin maka disana ada pengikut yang harus dapat mempengaruhi bawahannya untuk mencapai tujuan. Jadi kepemimpinan itu akan terjadi dalam situasi tertentu seseorang mempengaruhi perilaku orang lain. Kepemimpinan seseorang berperan sebagai penggerak dalam proses kerja sama antar manusia dalam organisasi termasuk sekolah. Berdasarkan pemikiran ini, maka harus dibedakan antara kepemimpinan dan manajemen. R.D. Agarwal sebagaimana dikutip Pandji Anoraga (1995: 186)mengatakan bahwa kepemimpinan adalah
"seni mempengaruhi orang lain untuk mengarahkan kemauan mereka".
Kemampuan dan usaha untuk mencapai tujuan pemimpin. Kepemimpinan menurut Hall digambarkan seperti suatu pemecahan yang sangat mudah terhadap gejala masalah dalam berorganisasi. Dengan kata lain tujuan kepemimpinan adalah mempengaruhi organisasi lain, dalam hal ini karyawan atau bawahan untuk mencapai misi perusahaan/organisasi.
Kemampauan untuk mempengaruhi orang lain merupakan inti dari  kepemimpinan sedang untuk mempengaruhi orang lain, pemimpin perlu mengetahui beberapa strategi antara lain:
a.       Menggunakan fakta dan data untuk mengemukakan dan alasan yang logis.
b.      Besikap bersahabat dan mendukung upaya yang ada dalam perusahaan.
c.       Memobilisasi atau mengaktifkan orang lain untuk melaksanakan pekerjaan.
d.      Melakukan negosiasi.
e.       Menggunakan pendekatan langsung dan kalau terpaksa menggunakan kedudukan lebih tinggi dalam organisasi, dan
f.       Memberikan sanksi dan hukuman terhadap perilaku yang menyimpang.

Sehubungan dengan yang telah diuraikan di atas jelas bahwa, kemampuan meminpin dan ketaatan pada pemimpin lebih banyak didasarkan pada gaya kepemimpinan yang ditunjukkan kepada pemimpin itu sendiri.
2.2  Definisi Kepemimpinan Karismatik
Karismatik dalam bahasa Yunani berarti "anugrah”. Orang orang yang karismatik memiliki daya tarik tersendiri bagi orang orang yang ada di sekitamya sehingga membuat orang orang yang ada di sekitarnya secara tidak sadar mengikuti orang yang karismatik tersebut.
Max weber mendefinisikan kepemimpinan kharismatik sebagai pengabdian diri terhadap kesucian, kepahlawanan tertentu, atau sifat yang patut dicontoh dari seseorang, dan dari corak tata tertib yang diperlihatkan olehnya. Dari pengertian tersebut diinginkan seorang pemimpin yang bisa menjunjung tinggi kejujuran, sikap kepahlawanan, yang diaplikasikan dari kebijakan yang diterapkan. Pemimpin yang kharismatik adalah pemimpin yang dalam kepemimpinanya dipercaya secara penuh oleh masyarakat. Ia mendapat tempat yang istimewa di hadapan masyarakat. Ia dipuja, dicintai, dihormati, dihargai, dan sebagainya. Dalam melaksanakan perintah ia dapat dengan mudah melakukannya karena rakyat telah percaya padanya.
Dalam penafsiran yang lain mengatakan bahwa kepemimpinan kharismatik adalah kepemimpinan yang hanya bersumber dari kharisma. Dimana kharisma diartikan dengan orang yang memiliki keahlian tersendiri yang tidak dimiliki oleh orang lain seperti hal hal gaib dan sebagainya. Memang itu sebagai kelemahan dari kepemimpinan kharismatik.
Diperlukan kualitas kepribadian dan berbagai kualitas lain yang memancarkan citra yang penuh kepercayaan diri dan daya tarik serta daya pesona sehingga seseorang dapat digolongkan sebagai manusia yang kharismatik. Meskipun tidak semua pemimpin kharismatik memiliki perpaduan kualitas yang sama, namun terdapat sejumlah kualitas yang secara umum dimiliki oleh pemimpin kharismatik.
Beberapa orang memang memiliki salah satu atau lebih kualitas atau atribut, namun orang kharismatik cenderung memiliki kualitas atau atribut dalam jumlah yang luar biasa seperti : 
1.      Tingkat energi tinggi,
2.      Vitalitas tidak terbatas,
3.      Keberanian,
4.      Bakat yang luar biasa,
5.       Kecerdasan yang sangat tinggi,
6.      Postur tubuh yang indah,
7.      Wajah yang menawan,
8.      Sikap yang tenang meskipun dibawah tekanan,
9.      Kesadaran yang kuat tentang diri pribadi,
10.  Kemampuan menentukan arah dan tujuan,
11.  Komitmen yang tinggi serta tekad untuk berhasil.
Kepemimpinan karismatik membuat para anggota yang di pimpinnya mengikuti inovasi inovasi yang di ajukan oleh pemimpin ini. Pemimpin karismatik dikelompokkan menjadi dua tipe yaitu karismatik visioner dan karismatik di masa krisis (Ivancevich, 2007:211). Pemimpin karismatik visioner mengekpresikan visi bersama mengenai masa depan. Melalui kemampuan komunikasi, Pemimpin karismatik visioner mengaitkan kebutuhan dan target dari pengikutnya dengan targaet atau tugas dari organisasi. Mengaitkan para pengikut dengan target dari pengikut dengan visi, misi, dan tujuan organisasi akan lebih mudah jika mereka merasa tidak puas atau tidak tertantang dengan keadaan pada saat ini. Pemimpin karismatik visioner memiliki kemampuan untuk melihat sebuah gambar besar dan peluang yang ada para gambar besar tersebut (Barbara Mackoff dan Wenet,2001).
Tipe pemimpin karismatik di masa krisis akan menunjukkan pengaruhnya ketika system harus menghadapi situasi dimana pengetahuan, informasi, dan prosedur yang ada tidak mencukupi (Ian I. Mirtoff, 2004). Pemimpin jenis ini mengkomunikasikan dengan jelas tindakan apa yang harus dilakukan dan apa konsekuensi yang dihadapi.
2.3  Indikator Karismatik
Bukti dari kepemimpinan karisma diberikan oleh hubungan pemimpin- pengikut. Seperti dalam teori awal oleh House (1977), seorang pemimpin  yang memiliki karisma memiliki pengaruh yang dalam dan tidak biasa pada  pengikut. Para pengikut merasa mereka bahwa keyakinan pemimpin adalah benar mereka bersedia mematuhi pemimpin, mereka merasakan kasih saying terhadap pemimpin, secara emosional mereka terlibat dalam misi kelompok atau organisasi, mereka memiliki sasaran kinerja yang tinggi, dan mereka yakin bahwa mereka dapat berkontribusi terhadap keberhasilan dari misi itu (Yukl, 2005)
2.4  Ciri-ciri Pemimpin Karismatik
Ciri dan perilaku merupakan penentu penting dari kepemimpinan  karismatik. Para pemimpin karismatik akan lebih besar kemungkinannya memiliki kebutuhan yang kuat akan kekuasaan, keyakinan diri yang tinnggi dan pendirian  yang kuat dalam keyakinan dan idealism mereka sendiri.
Pemimpin kharismatik mempunyai ciri-ciri tersendiri yang tidak sama dengan pemimpin-pemimpin dengan gaya kepemimpinan lainnya. Adapun ciri-ciri pemimpin kharismatik antara lain:
1.      Memiliki visi yang amat kuat atau kesadaran tujuan yang jelas.
2.      Mengkomunikasikan visi itu secara efektif.
3.      Mendemontrasikan konsistensi dan fokus.
4.      Menyampaikan harapan yang tinggi.
5.      Mempunyai pendirian dalam keyakinan-keyakinan dan cita-cita mereka sendiri.
6.      Mengambil resiko pribadi dan membuat pengorbanan diri untuk mencapai visi itu.
7.      Membangun identifikasi dengan kelompok atau organisasi
Pemimpinan kharismatik hampir terlihat mirip dengan pemimpin transformasional, dimana seorang pemimpin menyuntikkan antusiasme yang tinggi pada tim, dan sangat enerjik dalam mendorong bawahan untuk maju. Namun perbedaannya adalah, kalau pemimpin transformasional lebih memotivasi bawahan untuk berbuat lebih baik dengan apa yang sesungguhnya diharapkan bawahan itu dengan meningkatkan nilai tugas, dengan mendorong bawahan untuk mengorbankan kepentingan diri sendiri demi kepentingan tim yang dibarengi dengan manaikkan tingkat kebutuhan bawahan ke tingkat yang lebih baik,[1][2] sementara pemimpin yang kharismatik cenderung lebih percaya pada dirinya sendiri daripada timnya. Ini bisa menciptakan resiko pada sebuah proyek atau bahkan organisasi akan kolaps apabila ditinggal pemimpinnya pergi atau meninggal.
Ciri yang khas dari pemimpin kharismatik adalah daya tariknya yang memang mengikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar. Tegasnya, setiap pemimpin yang kharismatik adalah orang yang dikagumi oleh banyak pengikut, dan munculnya tipe kharismatik bukan karena penampilan fisik, usia, kaya atau miskin, tetapi karena pada diri pemimpin tersebut memiliki kekuatan seperti kekuatan ajaib yang tidak dapat dijelaskan secara ilmiah yang memungkinkan orang tertentu dipandang sebagai pemimpin yang kharismatik.
Sedangkan ciri-ciri pemimpin kharismatik menurut Ngalim Purwanto adalah sebagai berikut:
a.       Mempunyai daya tarik yang sangat besar.
b.      Pengikut tidak mampu menjelaskan mengapa mereka tertarik mengikuti dan mentaatinya.
c.       Pemimpin seolah-olah mempunyai kekuatan gaib (super-natural power)
d.      Kharisma yang dimiliki tidak tergantung pada umur, kekayaan, dan keterampin si pemimpin.
2.5  Perilaku-perilaku Pemimpin Kharismatik
Pemimpin kharismatik sering menjaga perilakunya di depan para bawahannya agar dirinya terkesan berkompeten di bidangnya. Seorang pemimpin yang berkharisma pandai menyuarakan ideologinya yang berhubungan dengan tujuan organisasi, sehingga dapat menciptakan aspirasi bersama yang diakomodasikan terhadap bawahan. Pemimpin yang kharismatik juga suka memberikan contoh-contoh perilaku yang baik agar ditiru oleh bawahannya. Dalam proses ini pemimpin mampu memberikan kepuasan dan motivasi kepada bawahannya. Mereka suka memberikan motivasi secara bertahap dan berkesinambungan kepada bawahannya agar menumbuhkan rasa percaya diri yang tinggi terhadap bawahannya. Motivasi diberikan dengan cara memberikan pujian-pujian dan daya tarik emosional kepada bawahannya. Hal ini akan senantiasa menumbuhkan rasa percaya diri seorang bawahan dan secara tidak langsung menghidupkan kharisma seorang pemimpin.
Berikut beberapa perilaku yang ditunjukkan oleh pemimpin karismatik:
1.      Para pemimpin kharismatik menunjukkan perilaku-perilaku yang dirancang untuk menciptakan kesan di antara para pengikut bahwa pemimpin tersebut kompeten.
2.      Para pemimpin kharismatik akan menekankan pada tujuan-tujuan ideologis yang menghubungkan misi kelompok dengan nilai-nilai, cita-cita, serta aspirasi-aspirasi yang berakar dalam dan dirasakan bersama oleh para pengikut.
3.      Para pemimpin kharismatik akan menetapkan suatu contoh dalam perilaku mereka sendiri agar diikuti oleh para pengikut.
4.      Pemimpin kharismatik akan mengkomunikasikan harapan-harapan yang tinggi tentang kinerja para pengikut sedangkan pada saat bersamaan juga mengekspresikan rasa percaya tentang kinerja para pengkut.
5.      Pemimpin kharismatik akan berusaha berperilaku dengan cara yang menimbulkan motivasi yang relevan bagi misi kelompok.
Conger dan Kanungo menyarankan sebuah teori tentang kepemimpinan kharismatik yang didasarkan atas asumsi bahwa kharisma adalah sebuah fenomena atribusi.
Conger dan Kanungo menyatakan bahwa atribusi kharisma oleh para pengikut tergantung kepada beberapa aspek perilaku pemimpin. Perilaku-perilaku tersebut tidak diasumsikan ada pada semua pemimpin kharismatik dengan tingkat tertentu kepada situasi kepemimpinan. Adapun perilaku-perilaku pemimpin karismatik berdasarkan teori atribusi tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Kharisma akan diatribusikan kepada para pemimpin yang membela sebuah visi yang sangat tidak sesuai dengan status quo, namun masih tetap berada dalam ruang gerak yang dapat diterima oleh para pengikut.
2.      Kharisma akan diatribusikan kepada para pemimpin yang bertindak secara tidak konvensional untuk mencapai visi tersebut.
3.      Para pemimpin akan tampak kharismatik bila mereka membuat pengorbanan-pengorbanan bagi diri sendiri, mengambil risiko pribadi, dan mendatangkan biaya tinggi untuk mencapai visi yang mereka dukung.
4.      Para pemimpin yang tampak percaya diri dengan usulan-usulannya akan dipandang lebih kharismatik daripada pimpinan yang tampak ragu-ragu.
5.      Para pengikut akan mengatribusikan kharisma kepada para pemimpin yang menggunakan personal power dan permintaan persuasif untuk memperoleh komitmen, daripada kepada para pemimpin yang menggunakan kewenangan atau sebuah proses pengambilan keputusan partisipatif.
Adapun menurut Yukl (2005:29) perilaku kepemimpinan  dan perilaku dari pengikut antara lain sebagai berikut:
1.      Menyampaikan sebuah visi yang menarik.
2.      Menggunakan bentuk komunikasi yang kuat dan ekspresif saat mencapai visi itu.
3.      Mengambil resiko pribadi dan membuat pengorbanan diri untuk mencapai visi itu.
4.      Menyampaikan harapan yangt tinggi.
5.      Memperlihatkan keyakian akan pengikut.
6.      Pembuatan model peran dari perilaku yang konsisten dari VISI tersebut.
7.      Mengelola kesan pengikut akan pemimpin.
8.      Membangun identifikasi dengan kelompok atau organisasi .
9.      Memberikan kewenangan kepada pengikut


2.6  Tipe Pemimpin Karismatik
Pemimpin karismatik dikelompokkan menjadi dua tipe yaitu karismatik visioner dan karismatik di masa krisis (lvancevich, 2007:211). Pemimpin karismatik visioner mengekpresikan visi bersama mengenai masa depan. Melalui kemampuan komunikasi, pemimpin karismatik visioner mengaitkan kebutuhan dan target dari pengikutnya dengan targaet atau tugas dari organisasi. Mengaitkan
para pengikut dengan target dari pengikut dengan visi, misi, dan tujuan organisasi
akan lebih mudah jika mereka merasa tidak puas atau tidak tertantang dengan keadaan pada saat ini. Pemimpin karismatik visioner memiliki kemampuan untuk melihat sebuah gambar besar dan peluang yang ada para gambar besar tersebut (Barbara Mackoff dan Wenet, 2001).
Sementara tipe pemimpin karismatik di masa krisis akan menunjukkan pengaruhnya ketika system harus menghadapi situasi dimana pengetahuan, informasi, dan prosedur yang ada tidak mencukupi (Ian I. Mirtoff, 2004). Pemimpin jenis ini mengkomunikasikan dengan jelas tindakan apa yang harus dilakukan dan apa konsekuensi yang dihadapi.
2.7  Sifat dan Proses Pengaruh Pemimpin Kharismatik
a.      Sifat Pemimpin Kharismatik
Conger dan Kanungo (1987) menyatakan bahwa pemimpin yang kharismatik adalah bersifat alami. Kharismatik itu bukan hanya suatu bayangan seorang pemimpin, akan tetapi lebih cenderung kepada dorongan terhadap para bawahannya. Seorang pemimpin akan terlihat kharismanya jika ia mampu bertanggungjawab atas suatu keputusan yang diambil terhadap bawahannya. Akan berkesan lagi apabila pemimpin mau bertanggung jawab tanpa mengindahkan uang, status, atau bahkan jabatannya di lembaga yang dipimpinnya itu demi bawahannya. Pemimpin yang kharismatik mengedepankan membangun visi bagi masa depan dan mengatur strategi untuk merealisasikannya. Dia menyebabkan terjadinya perubahan. Dia memotivasi dan menginspirasi orang lain untuk menuju ke arah yang benar, menyertai setiap orang dan berkorban untuk mencapainya. Hal ini akan membuat para bawahan meyakini bahwa pemimpinnya benar-benar tahu bagaimana cara memimpin dan mencapai sebuah tujuan. Hal ini akan membuat mereka bekerja keras dalam menjalankan strategi yang diberikan oleh pemimpinnya, sehingga peluang sukses semakin tinggi. Hal ini dikarenakan para bawahan akan melakukan apa saja jika mereka telah terpengaruh oleh pemimpinnya yang berkharisma.
b.      Proses Pengaruh Pemimpin Kharismatik
Kharisma seorang pemimpin dalam mempengaruhi bawahannya sangat kuat. Para bawahan menjadi sangat giat dalam menyelesaikan sebuah misi setelah menerima pengaruh dari pemimpinnya yang kharismatik.
Hal-hal yang mempengaruhi proses pengaruh kharismatik seorang pemimpin adalah sebagai berikut:
1.      Personal Karakter
Karakter dasar dari seorang pemimpin sangat menentukan apakah ia memiliki kharisma atau tidak terhadap bawahannya. Karakter pemimpin tidak akan tampak ketika ia hanya berinteraksi sesaat dengan bawahannya, atau dalam kondisi tekanan normal. Namun, dalam kondisi tekanan yang luar biasalah karakter pemimpin kharismatik yang asli akan muncul ke permukaan dan tampak jelas. Apakah dia mudah marah, mudah mengeluh, mudah menyerah, mudah panik, atau menggantungkan dirinya pada orang lain. Bahkan, apakah ia sesungguhnya punya karakter offensive (menyerang orang lain), defensive (sekadar menjaga diri), atau offensive-defensive (mempertahankan diri dengan cara menyerang). Dan apakah ia juga memiliki karakter uncontrolled (tidak mampu mengendalikan din), short-sighted (berpandangan jangka pendek), impulsive (reaktif-sesaat), bahkan explosive (meledak-ledak).
2.      Width & Depth Knowledge
Aura kepemimpinan kharismatik akan semakin bersinar terang ketika orang tersebut secara terus menerus memperluas dan memperdalam pengetahuannya, terutama dalam bidangnya. Ia menjadi sumber pembelajaran dan inspirasi bagi orang-orang di sekitarnya. Sehingga secara tidak langsung hal ini akan mempengaruhi para bawahanya atupun lembaga yang dipimpinnya.
Dari situ akan terlahir sebuah teori konsep kepemimpinan yang erat sekali hubungannya dengan kekuasaan pemimpin dalam memperoleh perhatian bawahannya.
Pada dasarnya kemampuan untuk mempengaruhi orang atau suatu kelompok untuk mencapai tujuan tersebut adalah adanya unsur kekuasaan. Istilah kekuasaan dalam literatur manajemen telah dipakai secara luas, akan tetapi masih juga terjadi kekaburan tentang pengertiannya. Seringkali kekuasaan digunakan silih berganti dengan istilah-istilah lainnya seperti pengaruh (influence) dan otoritas (authority). Padahal kekuasaan bukanlah pengaruh atau otoritas, tetapi dari kekuasaan inilah akan lahir sebuah pengaruh atau otoritas. Pelopor pertama yang menggunkan istilah kekuasaan adalah sosiolog kenamaan Max Weber. Dia merumuskan kekuasaan sebagai suatu kemungkinan yang membuat seorang “aktor” di dalam suatu hubungan sosial berada dalam suatu jabatan untuk melaksanakan keinginannya sendiri dan yang menghilangkan halangan.[2][3] Dengan demikian, kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa yang diinginkan oleh pihak lainnya.
Lalu, teori konsep yang dimaksud ialah yang memberikan penjelasan mengenai alasan mengapa kharisma seorang pemimpin mampu memberikan pengaruh dan motivasi yang sangat besar kepada bawahanya untuk melakukan segala hal demi pemimpinya. Contohnya adalah mengapa para bawahan agama tertentu rela mengorbankan segala hal yang bersifat duniawi demi agamanya. Dan mengapa para bawahan politik rela hidupnya dipenuhi resiko demi pimpinannya.
Shamir, house, dan Arthur (1993) merumuskan sebuah teori baru mengenai kharisma seorang pemimpin. Beberapa indikasi yang digunakan masih sama, yaitu mengenai rasa sayang bawahan kepada pimpinannya, keterkaitan emosional dalam organisasi. Serta kesamaan komitmen untuk mencapai hasil yang maksimal. Jadi, kharisma yang terpancar dari diri seorang pemimpin akan mampu manjadikan bawahannya termotivasi untuk mempertahankan harga diri mereka, dan bahkan mempertahankan pendapat-pendapat mereka, sehingga dari situ akan timbul rasa menyayangi pemimpin dari bawahan.
2.8  Konsekuensi dari Pemimpin Kharismatik
1.      Kharisma Positif dan Negatif
Pendekatan yang lazim digunakan untuk menilai kepemimpinan kharismatik adalah dengan menguji konsekuensi bagi para pengikut. Akan tetapi cara tersebut bersifat subjektif, dan tidak memberikan hasil yang akurat.
Pendekatan lain untuk membedakan kharismatik positif dan negatif adalah dengan melihat hubungan antara nilai-nilai dan kepribadian para pemimpin tersebut. Musser (Yukl, 1994) menyarankan untuk mengklasifikasi para pemimpin kharismatik sebagai positif atau negatif berdasarkan orientasi, apakah berorientasi pada kebutuhan mereka sendiri atau pada kebutuhan para pengikut dan organisasi. Musser mengajukan bahwa semua orang kharismatik sengaja mencoba menanamkan komitmen terhadap tujuan-tujuan ideologis, dan secara sadar atau tidak, mencoba untuk menanamkan devosi terhadap diri mereka sendiri. Para kharismatik yang negatif lebih banyak menekankan kepada devosi terhadap diri mereka sendiri daripada terhadap cita-cita. Dalam kaitannya dengan proses mempengaruhi, mereka menekankan pada identifikasi pribadi daripada internalisasi. Mereka dapat menggunakan seruan ideologis, namun hanya sebagai alat untuk memperoleh kekuasaan, setelah itu, ideologi tersebut diabaikan atau diubah untuk melayani sasaran-sasaran pribadi pemimpin tersebut. Sebaliknya, para kharismatik positif mencoba untuk menanamkan lebih banyak devosi kepada ideologi daripada pada dirinya sendiri. Dalam kaitannya dengan proses-proses mempengaruhi, mereka menekankan internalisasi daripada identifikasi pribadi.
Konsepsi Musser mengenai kharismatik yang positif dan negatif konsisten dengan ide-ide dan penemuan-penemuan dari beberapa orang teoretikus kepemimpin yang mengusulkan bahwa kharismatik yang negatif mempunyai orientasi kepada suatu kekuasaan yang dipersonalisasi, sedangkan para kharismatik yang positif mempunyai sebuah orientasi kekuasaan yang disosialisasi.
a.      Konsekuensi Kharismatik yang Negatif
Conger meninjau kembali penelitian deskriptif tentang para pemimpin kharismatik, termasuk penelitian terhadap para pemimpin yang sangat mencintai dirinya sendiri (narcissistic), dan ia berkesimpulan bahwa sejumlah masalah serius kemungkinan akan muncul dalam organsasi-organisasi yang dipimpin oleh para kharismatik negatif. Beberapa kemungkinan masalah tersebut adalah sebagai berikut:
§  Hubungan antar-pribadi yang jelek.
§  Konsekuensi-konsekuensi negatif dari perilaku impulsive dan tidak konvensional.
§  Konsekuensi-konsekuensi negatif dari manajemen kesan.
§  Praktik-praktik administrasi yag lemah.
§  Konsekuensi-konsekuensi negatif dari rasa percaya diri.
§  Gagal untuk merencanakan suksesi.
b.      Keuntungan Kharismatik yang Positif
Para pengikut kemungkinan akan berada dalam keadaan lebih baik dengan seorang pemimpin kharismatik positif daripada jika berada pada seorang pemimpin kharismatik yang negatif. Mereka lebih berpeluang untuk mengalami pertumbuhan psikologis serta pengembangan kemampuan. Organisasi tersebut juga lebih berpeluang untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang dinamis, kejam, dan bersaing. Dampak seorang pemimpin kharismatik yang positif biasanya adalah penciptaan sebuah budaya yang berorientasi kepada keberhasilan, sistem kerja yang tinggi, atau organisasi yang terdorong oleh nilai-nilai, sehingga organisasi tumbuh menjadi sebuah organisasi yang unggul.
2.      Sisi Gelap Pemimpin Kharismatik
Teori utama mengenai kepemimpinan kharismatik menekankan pada konsekuensi positif, tetapi sejumlah ilmuwan sosial juga telah mempertimbangkan “sisi gelap” dari kharisma. Konsekuensi negatif yang mungkin terjadi dalam organisasi dipimpin oleh kharismatik adalah:
a.       Keinginan akan penerimaan oleh pemimpin menghambat kecaman dari pengikut.
b.      Pemujaan oleh pengikut menciptakan khayalan akan tidak dapat berbuat kesalahan.
c.       Keyakinan dan optimisme berlebihan membutakan pemimpin dari bahaya nyata.
d.      Penolakan akan masalah dan kegagalan mengurangi pembelajaran organisasi.
e.       Proyek berisiko yang terlalu besar akan besar kemungkinannya untuk gagal.
f.       Mengambil pujian sepenuhnya atas keberhasilan akan mengasingkan beberapa pengikut yang penting.
g.      Perilaku impulsif yang tidak tradisional menciptakan musuh dan juga orang-orang yang tidak percaya.
h.      Ketergantungan pemimpin akan menghambat perkembangan penerus yang kompeten.
i.        Kegagalan untuk mengembangkan penerus menciptakan krisis kepemimpinan pada akhirnya.
3.      Sisi Terang dari Kharisma
Kharisma juga memiliki sisi yang terang. Oleh Yukl (2001) sisi terang dari kharisma atau pengaruh dari kharisma posotif antara lain disebutkan bahwa para pengikut akan jauh lebih baik bila bersama dengan pemimpin kharismatik yang positif ketimbang pemimpin kharismatik yang negatif. Bersama pemimpin kharismatik positif, para pengikut memiliki potensi mengalami pertumbuhan psikologis dan perkembangan kemampuan mereka dan organisasi akan lebih dapat beradaptasi terhadap sebuah lingkungan yang dinamis, bermusuhan dan kompetitif. Pemimpin yang kharismatik positif biasanya mampu menciptakan ssebuah budaya yang “berorientasi keberhasilan” (Harrison, 1987 dalam Yukl, 2010), “sistem kinerja yang tinggi” (Vail, 1978 dalam Yukl, 2010). Di sini, dapat dikatakan bahwa organisasi telah memahami misi yang mewujudkan nilai-nilai sosial dan bukan hanya keuntungan atau pertumbuhan, para anggota dari semua tingkatan juga diberikan kewenangan untuk membuat putusan penting bagaimana menerapkan strategis dan melakukan pekerjaan mereka, komunikasinya terbuka dan informasi dibagikan, dan struktur dan sistem organisasi mendukung misinya.
Selain di atas ada beberapa lagi sisi terang dari kepemimpinan karismatik yaitu antara lain:
§  Lebih mudah mengambil keputusan.
§  Mudah mempengaruhi anggota, sehingga jarang terjadi konflik berkepanjangan.
§  Manejemen konflik lebih baik.
§  Tidak memandang harta dan kekayaan sebagai latar belakang seseoran.
§  Akan sangat mudah di dalam memimpin suatu lembaga/organisasi, karenakan seluruh anggota dalamnya mempunyai loyalitas yang tinggi kepada pemimpinnya.
2.9  Contoh Pemimpin Karismatik
Diberbagai belahan dunia terdapat pemimpin yang memiliki tipe kepemimpinan karismatik diantaranya sebagai berikut:
1.      Soekarno
Ir. Soekarno adalah pemimpin yang kharismatik, memiliki semangat pantang menyerah dan rela berkorban demi persatuan dan kesatuan serta kemerdekaan bangsanya. Namun berdasarkan perjalanan sejarah kepemimpinannya, ciri kepemimpinan yang demikian ternyata mengarah pada figur sentral dan kultus individu.
Presiden Soekarno adalah bapak proklamator, seorang orator ulung yang bisa membangkitkan semangat nasionalisme rakyat Indonesia. Beliau memiliki gaya kepemimpinan yang sangat populis, bertempramen meledak-ledak, tidak jarang lembut dan menyukai keindahan.
Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Ir. Soekarno berorientasi pada moral dan etika ideologi yang mendasari negara atau partai, sehingga sangat konsisten dan sangat fanatik, cocok diterapkan pada era tersebut. Sifat kepemimpinan yang juga menonjol dan Ir. Soekarno adalah percaya diri yang kuat, penuh daya tarik, penuh inisiatif dan inovatif serta kaya akan ide dan gagasan baru. Sehingga pada puncak kepemimpinannya, pernah menjadi panutan dan sumber inspirasi pergerakan kemerdekaan dari bangsa-bangsa Asia dan Afrika serta pergerakan melepas ketergantungan dari negara-negara Barat (Amerika dan Eropa).
Ir. Soekarno adalah pemimpin yang kharismatik, memiliki semangat pantang menyerah dan rela berkorban demi persatuan dan kesatuan serta kemerdekaan bangsanya. Namun berdasarkan perjalanan sejarah kepemimpinannya, ciri kepemimpinan yang demikian ternyata mengarah pada figur sentral dan kultus individu. Menjelang akhir kepemimpinannya terjadi tindakan politik yang sangat bertentangan dengan UUD 1945, yaitu mengangkat Ketua MPR (S) juga.
Soekarno termasuk sebagai tokoh nasionalis dan anti-kolonialisme yang pertama, baik di dalam negeri maupun untuk lingkup Asia, meliputi negeri-negeri seperti India, Cina, Vietnam, dan lain-lainnya. Tokoh-tokoh nasionalis anti-kolonialisme seperti inilah pencipta Asia pasca-kolonial. Dalam perjuangannya, mereka harus memiliki visi kemasyarakatan dan visi tentang negara merdeka. Ini khususnya ada dalam dasawarsa l920-an dan 1930-an pada masa kolonialisme kelihatan kokoh secara alamiah dan legal di dunia. Prinsip politik mempersatukan elite gaya Soekarno adalah “alle leden van de familie aan een eet-tafel” (semua anggota keluarga duduk bersama di satu meja makan). Dia memperhatikan asal-usul daerah, suku, golongan, dan juga partai.
v  Tindakan Soekarno Sebelum Kemerdekaan
Soekarno, dilahirkan tanggal 6 Juni 1901 di Surabaya. Ayahnya seorang bangsawan Jawa bernama Sukemi Sastrodihardjo dan Ibunya seorang bangsawan Bali bernama Idayu Njoman Rai. Perpaduan darah dari kedua bangsawan ini nampaknya menumbuhkan pribadi yang disegani, berwibawa, jiwa yang berkarakter dan watak cerdas pada diri Soekarno.
Pada masa pergerakan nasional kita telah mengenal beberapa kelompok organisasi sosial maupun politik seperti: Boedi Utomo, Sarikat Islam, dsb, yang masing-masing berjuang untuk tujuan yang sama yaitu melepaskan diri dari kolonialisme Belanda. Meskipun cara yang ditempuh berbeda antara yang satu dengan yang lain. Namun hakikat gerakan tetap merupakan suatu cerminan dari rasa cinta terhadap tanah air. Salah satu dari gerakan tersebut adalah nasionalisme radikal (PNI) yang didirikan oleh Soekarno, dialah yang memberikan warna pada gerakan tersebut dan dia pula yang menempatkan nasionalisme pada tempat yang paling tinggi. Kecintaan pada bangsa dan tanah air merupakan fokus utama.
Bagi Soekarno, bangsa, kebangsaan atau nasionalisme dan tanah air merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Dia memandang semuanya sebagai “Ibu Indonesia” yang memberikan seluruh isi alamnya untuk hidup kita semua. Itu sebabnya dia mengajak kita untuk memperhambakan diri kepadanya. Penderitaan bangsa Indonesia dibawah kolonialisme Belanda juga memberikan pengaruh terhadap warna nasionalisme yang diyakininya. Nasionalisme yang diyakininya adalah berdasarkan menselijkheid. Nasionalismeku adalah perikemanusiaan”, begitulah dia mengambil kalimat dari Mahatma Gandhi, pemimpin pergerakan politik India.
Begitu pentingnya nasionalisme dalam perjalanan politik Soekarno membuat dia menempatkan nasionalisme ketempat teratas dalam prinsip ideologi yang dikenal Pancasila, yang dikemukakan pada saat perumusan dasar negara disidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945. Dengan kemampuannya meyakinkan orang lain membuat Pancasila ini diterima oleh seluruh kalangan, mengalahkan paham-paham lain yang diajukan oleh rekan-rekannya seperti: Moch.Yamin, Ki Bagus Hadi Kusumo, Mr. Soepomo, dan Lim. Dan dengan hal ini pula, Soekarno dikenal sebagai pencipta dari Pancasila yang terdiri dari: Kebangsaan Indonesia; Internasionalisme atau perikemanusiaan; Mufakat atau Demokrasi; Kesejahteraan Sosial dan Ketuhanan Yang Berkebudayaan; yang kemudian menjadi dasar negara Indonesia.
v  Tindakan Soekarno Setelah Kemerdekaan
Sehari setelah diproklamasikan kemerdekaan Indonesia, PPKI segera menunjuk Soekarno sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama. Ini semua tidak lepas atas kontribusi yang diberikannya kepada bangsa ini, sehingga bangsa ini telah sampai kepada pintu gerbang kemerdekaannya. Selanjutnya, Soekarno yang telah mendapat legitimasi dan wewenang bergerak untuk memimpin jalannya roda pemerintahan Indonesia.
Menurut analisa penulis, wewenang yang ada pada diri Soekarno merupakan wewenang kharismastik, hal ini didasarkan pada kepercayaan anggota masyarakat pada kesaktian (kewibawaan) dan kekuatan mistik sekalipun Soekarno juga memiliki unsur wewenang rasional-legal yang didasarkan atas kepercayaan pada tatanan hukum rasional (UUD 1945) yang melandasi kedudukannya sebagai seorang pemimpin.
Ternyata, Indonesia yang sudah memproklamasikan kemerdekaannya belumlah sepenuhnya merdeka. Indonesia masih mendapatkan ancaman dari serdadu Belanda yang datang melakukan agresi militer sekaligus gencatan senjata. Walaupun didalam jiwa bangsa Indonesia masih bergelora semangat juang “Sekali Merdeka tetap merdeka” dan “Merdeka atau Mati”, namun akhirnya para pemimpin bangsa bersedia melakukan perundingan dengan Belanda untuk menghindari jatuhnya korban. Terhitung terdapat tiga perjanjian antara Indonesia dan Belanda. Setelah melalui pertumpahan darah dan perjuangan diplomatis, pada tanggal 27 Desember 1949, Belanda mengakui Kedaulatan Republik Indonesia dengan syarat Indonesia haruslah berbentuk serikat. NKRI yang diproklamasikan Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945 hanya dianggap sebagai negara bagian dari RIS. Akhirmya, pada tanggal 16 Desember 1949 diselenggarakan pemilihan presiden RIS di Yogyakarta. Soekarno terpilih dalam pemilu tersebut dan dilantik keesokan harinya, sehingga untuk mengganti kekosongan dalam jabatan Presiden Negara Republik Indonesia, diangkatlah Mr. Assat.
Bentuk negara serikat (RIS) nyatanya tidak hidup terlalu lama di bumi Indonesia. Pada tanggal 17 Agustus 1950 Indonesia kembali menganut bentuk negara kesatuan walaupun konstitusinya masih menggunakan konstitusi RIS (UUDS 1950) dan sistem pemerintahan masih berbentuk parlementer dimana para menteri (kabinet) bertanggung jawab kepada parlemen. Jabatan presiden pun diambil alih lagi oleh Soekarno tetapi jabatan ini hanya sebagai kepala negara saja. Untuk urusan kepala pemerintahan masih dipegang oleh perdana menteri.
Walau sudah kembali kedalam bentuk negara kesatuan, terdapat ketidakpuasan terhadap pemerintah pusat yang terjadi di beberapa daerah sehingga menimbulkan gerakan separatis. Kemudian sering terjadinya pergantian kabinet yang jumlahnya mencapai tujuh kali. Keadaan tersebut semakin dirancukan oleh berbagai keaadan seperti, rancunya hubungan antara legislatif dan eksekutif dimana menurut pihak eksekutif, konstituante sebagai pihak legislatif pada masa itu tidak mampu menyelesaikan tugasnya dalam menghasilkan Undang-undang yang baru.
Presiden Soekarno yang saat itu hanya menjabat sebagai presiden konstitusional dimana kedudukannya hanya sebagai simbol pemersatu bangsa tidak puas dengan kedudukannya itu dan ingin ikut campur dalam pemerintahan. Menurut pengataman Soekarno, demokrasi liberal yang dipegang Indonesia saat itu tidak mendorong Indonesia mendekati tujuan revolusi yang berupa masyarakat adil dan makmur, sehingga pada gilirannya pembangunan ekonomi sulit dimajukan. Soekarno ingin melihat bangsa Indonesia kembali seperti pada awal-awal kemerdekaan dulu.
Dengan dalih itu, akhirnya pada tanggal 5 Juli 1959, Soekarno mengeluarkan Dekrit yang isinya membubarkan konstituante dan menyatakan kembali ke UUD 1945. Dengan ini pula menandai awal berdirinya masa Demokrasi Terpimpin di Indonesia.
Demokrasi Terpimpin adalah demokrasi yang tidak didasarkan atas paham liberalisme, sosialisme-nasional, fasisme, dan komunisme, tetapi suatu paham demokrasi yang didasarkan atas keinginan luhur bangsa Indonesia seperti yang dicantumkan dalam pembukaan UUD 1945, menuju pada satu tujuan yaitu mencapai masyarakat adil dan makmur dengan kebahagiaan material dan spiritual sesuai dengan cita-cita Proklamasi.
Segala bentuk ataupun tindakan Soekarno dalam memimpin Indonesia pada saat Demokrasi Terpimpin akan sangat terasa apabila kita melihatnya melalui pendekatan perilaku (behavioral approach). Dalam pendekatan ini, Soekarno yang diangkat oleh MPRS sebagai Pemimpin Besar Revolusi merupakan pusat dari seluruh aspek sistem sosial politik Indonesia. Walaupun dalam perjalanannya, terdapat dua kekuatan besar lainnya yang berada dibelakang Soekarno dalam sistem sosial politik Indonesia pada masa itu, yaitu: PKI dan Angkatan Darat.
Namun sangat disayangkan, pada masa ini terjadi banyak penyimpangan. Praktik dari cita-cita Demokrasi Terpimpin yang luhur tidak pernah dilaksanakan secara konsekuen. Soekarno diangkat sebagai presiden seumur hidup melalui TAP MPRS No.III Tahun 1963. Hal ini telah menyalahi UUD 1945 mengenai pembatasan waktu jabatan presiden selama lima tahun. Soekarno pun membubarkan konstituante (DPR) hasil dari pemilu pertama dan digantikan oleh DPR-GR. DPR-GR ditonjolkan peranannya dalam membantu pemerintah tetapi fungsi kontrolnya ditiadakan. Selanjutnya pimpinan DPR-GR diangkat sebagai menteri. Dengan demikian, DPR-GR ditekankan fungsinya sebagai pembantu presiden disamping fungsi utamanya sebagai wakil rakyat. Kemudian konsep trias politica seolah hilang. Misal, presiden diberikan wewenang untuk ikut campur dalam bidang yudikatif berdasarkan UU No. 19 Tahun 1964 dan dibidang legislatif berdasarkan Peraturan Tata Tertib Peraturan Presiden No. 14 Tahun 1960 ketika DPR-GR tidak mencapai kata mufakat. Hal ini menjadikan kaburnya batas-batas wewenang antara eksekutif dan legislatif, keduanya dirangkap oleh Presiden.
2.      John F. Kennedy
John F. Kennedy disumpah sebagai Presiden ke-35 pada siang 20 Januari 1961. Dalam pidato pelantikannya, ia meminta agar semua penduduk Amerika Serikat aktif dengan menyatakan, "Jangan tanya apa yang bisa negara berikan untuk kalian; tanyalah apa yang bisa kalian berikan untuk negara." Ia meminta negara-negara di dunia ikut memerangi "musuh bersama umat manusia: tirani, kemiskinan, penyakit, dan perang itu sendiri".
Ia menambahkan: "Semuanya tidak akan selesai dalam kurun seratus hari pertama, tidak pula dalam seribu hari pertama, tidak juga dalam masa pemerintahan ini, bahkan tidak dalam kurun hayat kita di planet ini. Tetapi marilah kita merintisnya." Sebagai penutup, ia mengutarakan keinginannya untuk menciptakan internasionalisme yang lebih besar: "Akhirnya, entah kalian warga Amerika atau warga dunia, berikan kami standar kekuatan dan pengorbanan yang sama tingginya seperti yang kami mintakan kepada kalian."
v  Kebijakan Luar Negeri
Kebijakan luar negeri Presiden Kennedy didominasi oleh konfrontasi Amerika Serikat dengan Uni Soviet yang didasari persaingan proksi pada tahap awal Perang Dingin. Pada tahun 1961, Kennedy sangat ingin bertemu dengan Perdana Menteri Soviet Nikita Khrushchev. Presiden pun salah langkah dengan bereaksi agresif terhadap pidato rutin Khrushchev tentang konfrontasi Perang Dingin pada awal 1961. Pidato tersebut ditujukan pada pendengar dalam negeri Uni Soviet, tetapi Kennedy mengartikannya sebagai tantangan pribadi. Kesalahannya justru menambah ketegangan saat Pertemuan Wina Juni 1961.
Dalam perjalanan ke konferensi tingkat tinggi itu, Kennedy berhenti di Paris untuk bertemu Charles de Gaulle. De Gaulle menyarankan Kennedy agar mengabaikan gaya abrasifnya Khrushchev. Presiden Perancis yang ini sangat nasionalis dan mencurigai pengaruh Amerika Serikat di Eropa. Meski begitu, de Gaulle lumayan terkesima oleh presiden muda tersebut dan keluarganya. Kennedy mengangkat kesan de Gaulle dalam pidatonya di Paris dengan mengatakan bahwa ia akan dikenang sebagai "pria yang menemani Jackie Kennedy ke Paris."
Pada tanggal 4 Juni 1961, presiden bertemu Khrushchev di Wina dan meninggalkan rapat dalam keadaan marah dan kecewa karena ia membiarkan Khrushchev mempermainkannya, sekalipun sudah diperingatkan. Khrushchev secara pribadi terpesona dengan kecerdasan sang presiden, namun menganggapnya lemah. Kennedy memang berhasil menyampaikan intisari masalah yang paling sensitif bagi keduanya, yaitu rencana perjanjian antara Moskwa dan Berlin Timur. Ia menjelaskan bahwa perjanjian apapun yang melanggar hak akses A.S. ke Berlin Barat akan dianggap sebagai tindakan perang.
Sesaat setelah presiden pulang. Uni Soviet mengumumkan keinginannya untuk menandatangani perjanjian dengan Berlin Timur yang otomatis melanggar hak pendudukan pihak ketiga apapun di semua sektor kota. Depresi dan marah, Kennedy pun memperkirakan satu-satunya pilihan baginya adalah mempersiapkan Amerika Serikat untuk perang nuklir. Ia secara pribadi menganggap kemungkinan perang nuklir pecah adalah satu banding lima.
Beberapa minggu setelah pertemuan Wina, lebih dari 20.000 orang mengungsi dari Berlin Timur ke sektor barat sebagai reaksi terhadap pernyataan Uni Soviet. Kennedy memulai serangkaian rapat intensif tentang masalah Berlin. Dean Acheson merekomendasikan pengerahan militer bersama para sekutu NATO. Dalam pidato Juli 1961, Kennedy mengumumkan keinginannya untuk menambahkan $3,25 miliar ke anggaran pertahanan dan 200.000 tentara tambahan. Ia juga menyatakan bahwa serangan ke Berlin Barat akan dianggap sebagia serangan terhadap Amerika Serikat. Pidato tersebut mendapat persetujuan rakyat sebesar 85%.
Bulan berikutnya, Uni Soviet dan Berlin Timur mulai memblokir semua jalan dari Berlin Timur ke Berlin Barat dan membangun pagar kawat berduri di seluruh kota, lalu diperkuat menjadi Tembok Berlin. Tanggapan awal Kennedy adalah mengabaikannya selama akses bebas dari Berlin Barat ke Timur diperbolehkan. Rencana tersebut berubah setelah diketahui bahwa warga Berlin Barat tidak mempercayakan lagi pertahanan mereka kepada Amerika Serikat. Kennedy mengutus Wakil Presiden Johnson dan sejumlah personel militer untuk berkonvoi melintasi Jerman Barat, termasuk melalui pos pemeriksaan Soviet, untuk menunjukkan bahwa komitmen A.S. di Berlin Barat terus berlanjut.
Kennedy menyampaikan pidato di Saint Anselm College pada tanggal 5 Mei 1960 tentang sikap Amerika Serikat dalam Perang Dingin. Pidato tersebut merincikan bagaimana kebijakan luar negeri A.S. seharusnya diterapkan pada negara-negara Afrika. Ia memberi tanda dukungan untuk nasionalisme modern Afrika dengan mengatakan, "Kami juga dulu mendirikan bangsa baru dengan memberontak melawan pemerintah kolonial."
v Kebijakan dalam negeri
Kennedy menyebut program dalam negerinya "New Frontier" (Batas Baru). Program ini dengan ambisiusnya menjanjikan kucuran dana federal untuk sektor pendidikan, layanan kesehatan untuk lansia, bantuan ekonomi untuk kawasan pedesaan, dan intervensi pemerintah untuk menghambat resesi. Kennedy juga menjanjikan berakhirnya diskriminasi ras.
Dalam pidato State of the Union-nya tahun 1963, ia mengusulkan reformasi pajak besar-besaran dan pengurangan pajak pendapatan dari kisaran 20–90% menjadi 14–65%; ia mengusulkan pengurangan pajak perusahaan dari 52 menjadi 47%. Kennedy menambahkan bahwa batas tertinggi pajak seharusnya 70% jika pengurangan tertentu tidak diterapkan pada penduduk berpendapatan tinggi.[175] Kongres baru mengambil tindakan tahun 1964, setelah kematiannya, dengan menurunkan batas tertinggi pajak perorangan sampai 70% dan batas tertinggi pajak perusahaan sampai 48% (lihat Revenue Act of 1964).
Di hadapan Economic Club of New York tahun 1963, ia menyebutkan adanya "... kenyataan paradoks bahwa nilai pajak terlalu tinggi dan pendapatan terlalu sedikit; dan cara yang paling masuk akal untuk menaikkan pendapatan dalam jangka panjang adalah menurunkan nilai pajaknya sekarang."
Dari kilasan diatas, dapat kita lihat bahwa gaya kepemimpinan Presiden Jhon. F. Kennedy adalah Pemimpin demokratis yang terkenal, seseorang tidak salah ketika mengatakan Presiden Kennedy adalah seorang Demokrat dan tentunya ia akan dikenang sebagai seorang pemimpin besar.Namun Presiden Kennedy sebenarnya contoh yang sangat baik dari pemimpin karismatik - tidak demokratis.selain itu, John F. Kennedy juga merupakan tokoh politik.
Selain tadi bahwa john f.Kenedy adalah seorang pemimpin yang demokratis juga John F.Kenedy paling karismatik Amerika Serikat, John F. Kennedy berasal dari keluarga yang kuat, dan diberkati dengan penampilan yang baik di samping charisma pribadinya.Karena pasangan karismatik dan bergaya, John dan Jackie, Kennedy Gedung Putih dikenal sebagai Camelot. 

3.      Martin Luther King. Jr
King adalah seorang pendeta di Gereja Baptis Montgomery, Alabama yang berjuang melawan diskriminasi rasial. Pada tahun 1963, King memimpin demonstrasi pemboikotan bus di Birmingham. Pemboikotan itu dilakukannya tanpa menggunakan kekerasan. Ia mengikuti prinsip-prinsip Mahatma Gandhi yang melakukan perlawanan dengan menghindari kekerasan. Untuk beberapa tahun, ia membuat kesuksesan besar, tetapi secara berangsur-angsur orang-orang kulit hitam muda menjauhinya karena mereka tidak dapat menerima antikekerasannya. Sebaliknya, King tidak pernah berhenti dan meluaskan programnya.
4.      Mahatma Gandhi
Gandhi lahir pada 2 Oktober 1869 di negara bagian Gujarat di India. Beberapa dari anggota keluarganya bekerja pada pihak pemerintah. Saat remaja, Gandhi pindah ke Inggris untuk mempelajari hukum. Setelah dia menjadi pengacara, dia pergi ke Afrika Selatan, sebuah koloni Inggris, di mana dia mengalami diskriminasi ras yang dinamakan apartheid. Dia kemudian memutuskan untuk menjadi seorang aktivis politik agar dapat mengubah hukum-hukum yang diskriminatif tersebut. Gandhi pun membentuk sebuah gerakan non-kekerasan. Ketika kembali ke India, dia membantu dalam proses kemerdekaan India dari jajahan Inggris; hal ini memberikan inspirasi bagi rakyat di koloni-koloni lainnya agar berjuang mendapatkan kemerdekaannya dan memecah Kemaharajaan Britania untuk kemudian membentuk Persemakmuran
5.      Nelson Mandela
Nelson Mandela adalah seorang pemuda yang berasal dari sebuah desa di afrika, tumbuh menjadi ppresiden kulit hitam pertama Afrika Selatan dan menjadi salah satu tokoh dunia yang paling berpengaruh. Sebelum menjadi presiden, Mandela memimpin perjuangan panjang dan sulit melawan segregasi di Afrika Selatan. Di bawah segregasi, orang kulit hitam dan kulit putih hidup terpisah. Segregasi menyangkal banyak hak – hak dasar warga kulit hitam. Mandela menghabiskan waktu bertahun – tahun di penjara untuk encoba mengakhiri segregasi di Afrika Selatan.




BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kepemimpinan sangat berpengaruh dalam proses penyelenggaraan dalam suatu organisasi, agar pengaruh yang timbul dapat meningkatkan kinerja personil secara optimal. Maka pemimpin harus memiliki wawasan dan kemampuan dalam melaksanakan gaya kepemimpinan. kepemimpinan yang karismatik dapat menunjang visi misi yang telah ada berjalan dengan lebih baik karena keahliannya. Dengan kepemimpinan ini, maka organisasi yang dipimpinnya akan menjadi organisasi yang berkembang dengan baik dan berpacu dengan tuntutan
zaman.









1 comment:

  1. Pincode Resort Casino | Las Vegas - MapYRO
    Located 제천 출장마사지 in the heart of 계룡 출장안마 the Strip, the Pincode Resort 여주 출장마사지 Casino is a 당진 출장마사지 perfect base for relaxation and entertainment. This family-friendly resort features a  Rating: 2.3 · ‎1,823 익산 출장안마 reviews

    ReplyDelete

PROGRAM LINEAR

A.   Persamaan garis 1.     Persamaan garis yang melalui titik A (X 1 , y 1 ) dan B (X 2 ,Y 2 )             Persamaan garis yang mela...