Peranan Kepemimpinan dalam Sebuah Organisasi - Kepemimpinan (leadership) merupakan proses yang harus ada dan perlu diadakan dalam kehidupan manusia selaku makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup bermasyarakat sesuai kodratnya bila mereka melepaskan diri dari ketergantungannya pada orang lain. Hidup bermasyarakat memerlukan pemimpin dan kepemimpinan. Kepemimpinan dapat menentukan arah atau tujuan yang dikehendaki, dan dengan cara bagaimana arah atau tujuan tersebut dapat dicapai.
Berikut materi lengkapnya dalam bentuk makalah, semoga bermnfaat!
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah
makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia memerlukan interaksi di setiap pekerjaanya
baik dengan lingkungan maupun dengan sesama manusia. Manusia hidup secara
berkelompok, baik kelompok kecil
maupun kelompok besar. Oleh sebab itu
di antara anggota kelompok tersebut memerlukan pemimpin untuk dapat
mempersatukan mereka di dalam satu visi dan
misi. Untuk mengelolanya diperlukan
pemimpin yang mempunyai jiwa kepemimpinan yang kuat sehingga dapat
mempersatukan dan menjadi panutan
bagi kelompoknya.
Sama halnya
dengan organisasi, organisasi yang di dalamnya melibatkan lebih dari satu
individu memerlukan pemimpin untuk membimbing para anggotanya untuk dapat
menjadi satu kesatuan sehingga dapat mempersatukan pikiran pikiran dari anggotanya
dalam satu tujuan satu visi dan satu misi. Pemimpin yang baik dalam segi
pemikiran maupun tindakan serta mengayomi bawahannya adalah salah satu kriteria
contoh pemimpin yang baik.
Pemimpin yang
karismatik merupakan salah satu aspek dalam kriteria pemimpin yang baik, dan
untuk menjadi sosok pemimpin yang dapat diandalkan
dan dapat menjadi panutan bagi setiap anggotanya para pemimpin seharusnya memilik aspek tersebut. Sehingga
nantinya pemimpin dapat memberikan pengarahan dengan baik dan memberikan inovasi
inovasi dalam masa kepemimpinannya. Sehingga dalam makalah kali ini saya akan
membahas tentang Pemimpin yang karismatik dan visionar meliputi pengertian
hingga cara menjadi pemimpin yang karismatik dan visioner itu sendiri
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apakah peranan
kepemimpinan dalam sebuah organisasi?
2.
Apakah yang disebut
dengan kepemimpinan karismatik?
3.
Apa saja Indikator
Karismatik?
4.
Bagaimanakah cirri-ciri
pemimpin yang karismatik ?
5.
Bagaimanakah Perilaku-perilaku
Pemimpin yang Kharismatik?
6.
Bagaimanakah Tipe
Pemimpin yang Karismatik?
7.
Bagaimanakah Sifat dan
Proses Pengaruh Pemimpin Kharismatik?
8.
Apasajakah Konsekuensi
dari Pemimpin Kharismatik?
9.
Siapa saja Contoh
Pemimpin Karismatik?
1.3 Tujuan Pembahasan
1.
Untuk mengetahui
peranan kepemimpinan dalam sebuah organisasi.
2.
Untuk mengetahui
definisi dari kepemimpinan karismatik.
3.
Untuk mengetahui indikator
karismatik.
4.
Untuk mengetahui ciri-ciri
pemimpin yang karismatik.
5.
Untuk mengetahui perilaku-perilaku
pemimpin yang kharismatik.
6.
Untuk mengetahui tipe
pemimpin yang karismatik.
7.
Untuk mengetahui sifat
dan proses pengaruh pemimpin kharismatik.
8.
Untuk mengetahui konsekuensi
dari pemimpin kharismatik.
9.
Untuk mengetahui contoh
pemimpin karismatik.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Peranan Kepemimpinan dalam
Sebuah Organisasi
Berbagai
pendapat dan definisi kepemimpinan muncul, sesuai dengan dari segi apa orang memandang segi kepemimpinan
tersebut. Kepemimpinan dapat diartikan
sebagai sifat-sifat, perilaku pribadi, pengaruh terhadap orang lain, pola- pola
interaksi, hubungan kerja sama antar peran, kedudukan dari suatu jabatan administrative, dan presepsi lain-lain tentang
legitimasi pengaruh (Wahjosumijo, 1999).
Menurut Rich ad Hull (1999: 135), Kepemipinan adalah kemapuan mempengaruhi pendapat, sikap dan perilaku
orang lain. Hal ini berarti bahwa setiap orang mampu mengatur dan mempengaruhi
orang lain untuk mencapai tujuan bersama dan dapat berfungsi sebagai pemimpin.
Kepemimpinan
(leadership) merupakan proses yang harus ada dan perlu diadakan dalam kehidupan
manusia selaku makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup bermasyarakat sesuai
kodratnya bila mereka melepaskan diri dari ketergantungannya pada orang lain. Hidup
bermasyarakat memerlukan pemimpin dan kepemimpinan. Kepemimpinan dapat
menentukan arah atau tujuan yang dikehendaki, dan dengan cara bagaimana arah
atau tujuan tersebut dapat dicapai. Kepemimpinan seseorang berperan berbagai
penggerak dalam proses kerja sama antara
manusia dalam organisasi termasuk sekolah. Untuk lebih jelas di bawah ini akan
diuraikan mengenai pengertian tentang kepemimpinan.
Menurut Paul
Heresay dan Keneth H. Blanchard yand dikutip oleh Pandji Anoragan dalam bukunya
Perilaku Keorganisasian, pemimpin adalah orang yang dapat mempengaruhi kegiatan
individu atau kelompok dalam usaha untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu
"(Pandji Anoraga, 1995:186).
Menurut Martin
J. Gannon, sebagaimana dikutip oleh Pandji Anoraga, pemimpin adalah seorang atasan
yang mempengaruhi perilaku bawahannya" Sedangkan menurut Kartini Kartono
(1998:84), pemimpin adalah pribadi yang memiliki kecakapan khusus dengan atau
tanpa pengangkatan resmi dapat mempengaruhi kelompok yang dipimpinnya, untuk
melakukan usaha bersama mengarah pada pencapaian saran- saran tertentu."
Dari definisi di
atas jelas bahwa, seorang pemimpin adalah orang yang memiliki posisi tertentu dalam hirarki
organisasi. Ia harus membuat perencanaan, pengorganisasian dan pengawasan serta
keputusan efektif. Pemimpin selalu melibatkan
orang lain, Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa dimana ada pemimpin maka
disana ada pengikut yang harus dapat mempengaruhi bawahannya untuk mencapai
tujuan. Jadi kepemimpinan itu akan terjadi dalam situasi tertentu seseorang
mempengaruhi perilaku orang lain. Kepemimpinan seseorang berperan sebagai
penggerak dalam proses kerja sama antar manusia dalam organisasi termasuk
sekolah. Berdasarkan pemikiran ini, maka harus dibedakan antara kepemimpinan
dan manajemen. R.D. Agarwal sebagaimana dikutip Pandji Anoraga (1995:
186)mengatakan bahwa kepemimpinan adalah
"seni mempengaruhi orang lain
untuk mengarahkan kemauan mereka".
Kemampuan dan
usaha untuk mencapai tujuan pemimpin. Kepemimpinan menurut Hall digambarkan
seperti suatu pemecahan yang sangat mudah terhadap gejala masalah dalam
berorganisasi. Dengan kata lain tujuan kepemimpinan adalah mempengaruhi
organisasi lain, dalam hal ini karyawan atau bawahan untuk mencapai misi
perusahaan/organisasi.
Kemampauan untuk
mempengaruhi orang lain merupakan inti dari kepemimpinan sedang untuk mempengaruhi orang
lain, pemimpin perlu mengetahui beberapa strategi antara lain:
a.
Menggunakan fakta dan
data untuk mengemukakan dan alasan yang logis.
b.
Besikap bersahabat dan
mendukung upaya yang ada dalam perusahaan.
c.
Memobilisasi atau
mengaktifkan orang lain untuk melaksanakan pekerjaan.
d.
Melakukan negosiasi.
e.
Menggunakan pendekatan
langsung dan kalau terpaksa menggunakan kedudukan lebih tinggi dalam
organisasi, dan
f.
Memberikan sanksi dan
hukuman terhadap perilaku yang menyimpang.
Sehubungan
dengan yang telah diuraikan di atas jelas bahwa, kemampuan meminpin dan
ketaatan pada pemimpin lebih banyak didasarkan pada gaya kepemimpinan yang
ditunjukkan kepada pemimpin itu sendiri.
2.2 Definisi Kepemimpinan
Karismatik
Karismatik dalam
bahasa Yunani berarti "anugrah”. Orang orang yang karismatik memiliki daya
tarik tersendiri bagi orang orang yang ada di sekitamya sehingga membuat orang
orang yang ada di sekitarnya secara tidak sadar mengikuti orang yang karismatik
tersebut.
Max weber
mendefinisikan kepemimpinan kharismatik sebagai pengabdian diri terhadap
kesucian, kepahlawanan tertentu, atau sifat yang patut dicontoh dari seseorang,
dan dari corak tata tertib yang diperlihatkan olehnya. Dari pengertian tersebut
diinginkan seorang pemimpin yang bisa menjunjung tinggi kejujuran, sikap
kepahlawanan, yang diaplikasikan dari kebijakan yang diterapkan. Pemimpin yang
kharismatik adalah pemimpin yang dalam kepemimpinanya dipercaya secara penuh
oleh masyarakat. Ia mendapat tempat yang istimewa di hadapan masyarakat. Ia
dipuja, dicintai, dihormati, dihargai, dan sebagainya. Dalam melaksanakan
perintah ia dapat dengan mudah melakukannya karena rakyat telah percaya
padanya.
Dalam penafsiran
yang lain mengatakan bahwa kepemimpinan kharismatik adalah kepemimpinan yang
hanya bersumber dari kharisma. Dimana kharisma diartikan dengan orang yang
memiliki keahlian tersendiri yang tidak dimiliki oleh orang lain seperti hal
hal gaib dan sebagainya. Memang itu sebagai kelemahan dari kepemimpinan
kharismatik.
Diperlukan
kualitas kepribadian dan berbagai kualitas lain yang memancarkan citra yang
penuh kepercayaan diri dan daya tarik serta daya pesona sehingga seseorang
dapat digolongkan sebagai manusia yang kharismatik. Meskipun tidak semua
pemimpin kharismatik memiliki perpaduan kualitas yang sama, namun terdapat
sejumlah kualitas yang secara umum dimiliki oleh pemimpin kharismatik.
Beberapa orang
memang memiliki salah satu atau lebih kualitas atau atribut, namun orang
kharismatik cenderung memiliki kualitas atau atribut dalam jumlah yang luar biasa
seperti :
1.
Tingkat energi tinggi,
2.
Vitalitas tidak
terbatas,
3.
Keberanian,
4.
Bakat yang luar biasa,
5.
Kecerdasan yang sangat tinggi,
6.
Postur tubuh yang
indah,
7.
Wajah yang menawan,
8.
Sikap yang tenang
meskipun dibawah tekanan,
9.
Kesadaran yang kuat
tentang diri pribadi,
10. Kemampuan
menentukan arah dan tujuan,
11. Komitmen
yang tinggi serta tekad untuk berhasil.
Kepemimpinan karismatik
membuat para anggota yang di pimpinnya mengikuti inovasi inovasi yang di ajukan
oleh pemimpin ini. Pemimpin karismatik dikelompokkan menjadi dua tipe yaitu
karismatik visioner dan karismatik di masa krisis (Ivancevich, 2007:211).
Pemimpin karismatik visioner mengekpresikan visi bersama mengenai masa depan.
Melalui kemampuan komunikasi, Pemimpin karismatik visioner mengaitkan kebutuhan
dan target dari pengikutnya dengan targaet atau tugas dari organisasi.
Mengaitkan para pengikut dengan target dari pengikut dengan visi, misi, dan
tujuan organisasi akan lebih mudah jika mereka merasa tidak puas atau tidak
tertantang dengan keadaan pada saat ini. Pemimpin karismatik visioner memiliki
kemampuan untuk melihat sebuah gambar besar dan peluang yang ada para gambar
besar tersebut (Barbara Mackoff dan Wenet,2001).
Tipe pemimpin
karismatik di masa krisis akan menunjukkan pengaruhnya ketika system harus
menghadapi situasi dimana pengetahuan, informasi, dan prosedur yang ada tidak
mencukupi (Ian I. Mirtoff, 2004). Pemimpin jenis ini mengkomunikasikan dengan
jelas tindakan apa yang harus dilakukan dan apa konsekuensi yang dihadapi.
2.3 Indikator Karismatik
Bukti dari
kepemimpinan karisma diberikan oleh hubungan pemimpin- pengikut. Seperti dalam
teori awal oleh House (1977), seorang pemimpin yang memiliki karisma memiliki pengaruh yang
dalam dan tidak biasa pada pengikut.
Para pengikut merasa mereka bahwa keyakinan pemimpin adalah benar mereka
bersedia mematuhi pemimpin, mereka merasakan kasih saying terhadap pemimpin,
secara emosional mereka terlibat dalam misi kelompok atau organisasi, mereka memiliki
sasaran kinerja yang tinggi, dan mereka yakin bahwa mereka dapat berkontribusi
terhadap keberhasilan dari misi itu (Yukl, 2005)
2.4 Ciri-ciri Pemimpin
Karismatik
Ciri dan
perilaku merupakan penentu penting dari kepemimpinan karismatik. Para pemimpin karismatik akan
lebih besar kemungkinannya memiliki kebutuhan yang kuat akan kekuasaan,
keyakinan diri yang tinnggi dan pendirian yang kuat dalam keyakinan dan idealism mereka
sendiri.
Pemimpin
kharismatik mempunyai ciri-ciri tersendiri yang tidak sama dengan
pemimpin-pemimpin dengan gaya kepemimpinan lainnya. Adapun ciri-ciri pemimpin
kharismatik antara lain:
1.
Memiliki visi yang amat
kuat atau kesadaran tujuan yang jelas.
2.
Mengkomunikasikan visi
itu secara efektif.
3.
Mendemontrasikan
konsistensi dan fokus.
4.
Menyampaikan harapan
yang tinggi.
5.
Mempunyai pendirian
dalam keyakinan-keyakinan dan cita-cita mereka sendiri.
6.
Mengambil resiko
pribadi dan membuat pengorbanan diri untuk mencapai visi itu.
7.
Membangun identifikasi
dengan kelompok atau organisasi
Pemimpinan
kharismatik hampir terlihat mirip dengan pemimpin transformasional, dimana
seorang pemimpin menyuntikkan antusiasme yang tinggi pada tim, dan sangat
enerjik dalam mendorong bawahan untuk maju. Namun perbedaannya adalah, kalau
pemimpin transformasional lebih memotivasi bawahan untuk berbuat lebih baik
dengan apa yang sesungguhnya diharapkan bawahan itu dengan meningkatkan nilai
tugas, dengan mendorong bawahan untuk mengorbankan kepentingan diri sendiri
demi kepentingan tim yang dibarengi dengan manaikkan tingkat kebutuhan bawahan
ke tingkat yang lebih baik,[1][2]
sementara pemimpin yang kharismatik cenderung lebih percaya pada dirinya
sendiri daripada timnya. Ini bisa menciptakan resiko pada sebuah proyek atau bahkan
organisasi akan kolaps apabila ditinggal pemimpinnya pergi atau meninggal.
Ciri yang khas
dari pemimpin kharismatik adalah daya tariknya yang memang mengikat sehingga
mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar. Tegasnya,
setiap pemimpin yang kharismatik adalah orang yang dikagumi oleh banyak
pengikut, dan munculnya tipe kharismatik bukan karena penampilan fisik, usia,
kaya atau miskin, tetapi karena pada diri pemimpin tersebut memiliki kekuatan
seperti kekuatan ajaib yang tidak dapat dijelaskan secara ilmiah yang
memungkinkan orang tertentu dipandang sebagai pemimpin yang kharismatik.
Sedangkan
ciri-ciri pemimpin kharismatik menurut Ngalim Purwanto adalah sebagai berikut:
a.
Mempunyai daya tarik
yang sangat besar.
b.
Pengikut tidak mampu
menjelaskan mengapa mereka tertarik mengikuti dan mentaatinya.
c.
Pemimpin seolah-olah
mempunyai kekuatan gaib (super-natural power)
d.
Kharisma yang dimiliki
tidak tergantung pada umur, kekayaan, dan keterampin si pemimpin.
2.5 Perilaku-perilaku
Pemimpin Kharismatik
Pemimpin
kharismatik sering menjaga perilakunya di depan para bawahannya agar dirinya
terkesan berkompeten di bidangnya. Seorang pemimpin yang berkharisma pandai
menyuarakan ideologinya yang berhubungan dengan tujuan organisasi, sehingga
dapat menciptakan aspirasi bersama yang diakomodasikan terhadap bawahan.
Pemimpin yang kharismatik juga suka memberikan contoh-contoh perilaku yang baik
agar ditiru oleh bawahannya. Dalam proses ini pemimpin mampu memberikan
kepuasan dan motivasi kepada bawahannya. Mereka suka memberikan motivasi secara
bertahap dan berkesinambungan kepada bawahannya agar menumbuhkan rasa percaya
diri yang tinggi terhadap bawahannya. Motivasi diberikan dengan cara memberikan
pujian-pujian dan daya tarik emosional kepada bawahannya. Hal ini akan
senantiasa menumbuhkan rasa percaya diri seorang bawahan dan secara tidak
langsung menghidupkan kharisma seorang pemimpin.
Berikut beberapa perilaku yang ditunjukkan oleh
pemimpin karismatik:
1.
Para pemimpin kharismatik menunjukkan perilaku-perilaku yang dirancang
untuk menciptakan kesan di antara para pengikut bahwa pemimpin tersebut
kompeten.
2.
Para pemimpin kharismatik akan menekankan pada tujuan-tujuan ideologis
yang menghubungkan misi kelompok dengan nilai-nilai, cita-cita, serta
aspirasi-aspirasi yang berakar dalam dan dirasakan bersama oleh para pengikut.
3.
Para pemimpin kharismatik akan menetapkan suatu contoh dalam perilaku
mereka sendiri agar diikuti oleh para pengikut.
4.
Pemimpin kharismatik akan mengkomunikasikan harapan-harapan yang tinggi
tentang kinerja para pengikut sedangkan pada saat bersamaan juga
mengekspresikan rasa percaya tentang kinerja para pengkut.
5.
Pemimpin kharismatik akan berusaha berperilaku dengan cara yang menimbulkan
motivasi yang relevan bagi misi kelompok.
Conger dan Kanungo menyarankan sebuah teori tentang kepemimpinan
kharismatik yang didasarkan atas asumsi bahwa kharisma adalah sebuah fenomena
atribusi.
Conger dan Kanungo menyatakan bahwa atribusi
kharisma oleh para pengikut tergantung kepada beberapa aspek perilaku pemimpin.
Perilaku-perilaku tersebut tidak diasumsikan ada pada semua pemimpin
kharismatik dengan tingkat tertentu kepada situasi kepemimpinan. Adapun
perilaku-perilaku pemimpin karismatik berdasarkan teori atribusi tersebut
adalah sebagai berikut:
1.
Kharisma akan diatribusikan kepada para pemimpin yang membela sebuah
visi yang sangat tidak sesuai dengan status quo, namun masih tetap berada dalam
ruang gerak yang dapat diterima oleh para pengikut.
2.
Kharisma akan diatribusikan kepada para pemimpin yang bertindak secara
tidak konvensional untuk mencapai visi tersebut.
3.
Para pemimpin akan tampak kharismatik bila mereka membuat
pengorbanan-pengorbanan bagi diri sendiri, mengambil risiko pribadi, dan
mendatangkan biaya tinggi untuk mencapai visi yang mereka dukung.
4.
Para pemimpin yang tampak percaya diri dengan usulan-usulannya akan
dipandang lebih kharismatik daripada pimpinan yang tampak ragu-ragu.
5.
Para pengikut akan mengatribusikan kharisma kepada para pemimpin yang
menggunakan personal power dan permintaan persuasif untuk memperoleh komitmen, daripada kepada para
pemimpin yang menggunakan kewenangan atau sebuah proses pengambilan keputusan
partisipatif.
Adapun menurut Yukl (2005:29) perilaku
kepemimpinan dan perilaku dari pengikut
antara lain sebagai berikut:
1.
Menyampaikan sebuah
visi yang menarik.
2.
Menggunakan bentuk
komunikasi yang kuat dan ekspresif saat mencapai visi itu.
3.
Mengambil resiko
pribadi dan membuat pengorbanan diri untuk mencapai visi itu.
4.
Menyampaikan harapan
yangt tinggi.
5.
Memperlihatkan keyakian
akan pengikut.
6.
Pembuatan model peran
dari perilaku yang konsisten dari VISI tersebut.
7.
Mengelola kesan
pengikut akan pemimpin.
8.
Membangun identifikasi
dengan kelompok atau organisasi .
9.
Memberikan kewenangan
kepada pengikut
2.6 Tipe Pemimpin
Karismatik
Pemimpin
karismatik dikelompokkan menjadi dua tipe yaitu karismatik visioner dan
karismatik di masa krisis (lvancevich, 2007:211). Pemimpin karismatik visioner
mengekpresikan visi bersama mengenai masa depan. Melalui kemampuan komunikasi,
pemimpin karismatik visioner mengaitkan kebutuhan dan target dari pengikutnya
dengan targaet atau tugas dari organisasi. Mengaitkan
para pengikut dengan target dari
pengikut dengan visi, misi, dan tujuan organisasi
akan lebih mudah jika mereka merasa
tidak puas atau tidak tertantang dengan keadaan pada saat ini. Pemimpin
karismatik visioner memiliki kemampuan untuk melihat sebuah gambar besar dan
peluang yang ada para gambar besar tersebut (Barbara Mackoff dan Wenet, 2001).
Sementara tipe
pemimpin karismatik di masa krisis akan menunjukkan pengaruhnya ketika system
harus menghadapi situasi dimana pengetahuan, informasi, dan prosedur yang ada
tidak mencukupi (Ian I. Mirtoff, 2004). Pemimpin jenis ini mengkomunikasikan
dengan jelas tindakan apa yang harus dilakukan dan apa konsekuensi yang
dihadapi.
2.7 Sifat dan Proses
Pengaruh Pemimpin Kharismatik
a.
Sifat
Pemimpin Kharismatik
Conger
dan Kanungo (1987) menyatakan bahwa pemimpin yang kharismatik adalah bersifat
alami. Kharismatik itu bukan hanya suatu bayangan seorang pemimpin, akan tetapi
lebih cenderung kepada dorongan terhadap para bawahannya. Seorang pemimpin akan
terlihat kharismanya jika ia mampu bertanggungjawab atas suatu keputusan yang
diambil terhadap bawahannya. Akan berkesan lagi apabila pemimpin mau
bertanggung jawab tanpa mengindahkan uang, status, atau bahkan jabatannya di
lembaga yang dipimpinnya itu demi bawahannya. Pemimpin yang kharismatik
mengedepankan membangun visi bagi masa depan dan mengatur strategi untuk
merealisasikannya. Dia menyebabkan terjadinya perubahan. Dia memotivasi dan
menginspirasi orang lain untuk menuju ke arah yang benar, menyertai setiap
orang dan berkorban untuk mencapainya. Hal ini akan membuat para bawahan
meyakini bahwa pemimpinnya benar-benar tahu bagaimana cara memimpin dan
mencapai sebuah tujuan. Hal ini akan membuat mereka bekerja keras dalam
menjalankan strategi yang diberikan oleh pemimpinnya, sehingga peluang sukses
semakin tinggi. Hal ini dikarenakan para bawahan akan melakukan apa saja jika
mereka telah terpengaruh oleh pemimpinnya yang berkharisma.
b.
Proses
Pengaruh Pemimpin Kharismatik
Kharisma
seorang pemimpin dalam mempengaruhi bawahannya sangat kuat. Para bawahan
menjadi sangat giat dalam menyelesaikan sebuah misi setelah menerima pengaruh
dari pemimpinnya yang kharismatik.
Hal-hal
yang mempengaruhi proses pengaruh kharismatik seorang pemimpin adalah sebagai
berikut:
1.
Personal
Karakter
Karakter
dasar dari seorang pemimpin sangat menentukan apakah ia memiliki kharisma atau
tidak terhadap bawahannya. Karakter pemimpin tidak akan tampak ketika ia hanya
berinteraksi sesaat dengan bawahannya, atau dalam kondisi tekanan normal.
Namun, dalam kondisi tekanan yang luar biasalah karakter pemimpin kharismatik
yang asli akan muncul ke permukaan dan tampak jelas. Apakah dia mudah marah,
mudah mengeluh, mudah menyerah, mudah panik, atau menggantungkan dirinya pada
orang lain. Bahkan, apakah ia sesungguhnya punya karakter offensive (menyerang
orang lain), defensive (sekadar menjaga diri), atau offensive-defensive
(mempertahankan diri dengan cara menyerang). Dan apakah ia juga memiliki
karakter uncontrolled (tidak mampu mengendalikan din), short-sighted
(berpandangan jangka pendek), impulsive (reaktif-sesaat), bahkan explosive
(meledak-ledak).
2.
Width
& Depth Knowledge
Aura kepemimpinan
kharismatik akan semakin bersinar terang ketika orang tersebut secara terus
menerus memperluas dan memperdalam pengetahuannya, terutama dalam bidangnya. Ia
menjadi sumber pembelajaran dan inspirasi bagi orang-orang di sekitarnya.
Sehingga secara tidak langsung hal ini akan mempengaruhi para bawahanya atupun
lembaga yang dipimpinnya.
Dari situ akan terlahir sebuah teori
konsep kepemimpinan yang erat sekali hubungannya dengan kekuasaan pemimpin
dalam memperoleh perhatian bawahannya.
Pada dasarnya kemampuan untuk
mempengaruhi orang atau suatu kelompok untuk mencapai tujuan tersebut adalah
adanya unsur kekuasaan. Istilah kekuasaan dalam literatur manajemen telah
dipakai secara luas, akan tetapi masih juga terjadi kekaburan tentang
pengertiannya. Seringkali kekuasaan digunakan silih berganti dengan
istilah-istilah lainnya seperti pengaruh (influence)
dan otoritas (authority). Padahal
kekuasaan bukanlah pengaruh atau otoritas, tetapi dari kekuasaan inilah akan
lahir sebuah pengaruh atau otoritas. Pelopor pertama yang menggunkan istilah
kekuasaan adalah sosiolog kenamaan Max Weber. Dia merumuskan kekuasaan sebagai
suatu kemungkinan yang membuat seorang “aktor” di dalam suatu hubungan sosial
berada dalam suatu jabatan untuk melaksanakan keinginannya sendiri dan yang
menghilangkan halangan.[2][3]
Dengan demikian, kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk
mau melakukan apa yang diinginkan oleh pihak lainnya.
Lalu, teori konsep yang dimaksud ialah
yang memberikan penjelasan mengenai alasan mengapa kharisma seorang pemimpin
mampu memberikan pengaruh dan motivasi yang sangat besar kepada bawahanya untuk
melakukan segala hal demi pemimpinya. Contohnya adalah mengapa para bawahan
agama tertentu rela mengorbankan segala hal yang bersifat duniawi demi agamanya.
Dan mengapa para bawahan politik rela hidupnya dipenuhi resiko demi
pimpinannya.
Shamir, house, dan Arthur (1993)
merumuskan sebuah teori baru mengenai kharisma seorang pemimpin. Beberapa
indikasi yang digunakan masih sama, yaitu mengenai rasa sayang bawahan kepada
pimpinannya, keterkaitan emosional dalam organisasi. Serta kesamaan komitmen
untuk mencapai hasil yang maksimal. Jadi, kharisma yang terpancar dari diri
seorang pemimpin akan mampu manjadikan bawahannya termotivasi untuk
mempertahankan harga diri mereka, dan bahkan mempertahankan pendapat-pendapat
mereka, sehingga dari situ akan timbul rasa menyayangi pemimpin dari bawahan.
2.8 Konsekuensi dari
Pemimpin Kharismatik
1. Kharisma Positif dan Negatif
Pendekatan yang lazim digunakan untuk menilai
kepemimpinan kharismatik adalah dengan menguji konsekuensi bagi para pengikut.
Akan tetapi cara tersebut bersifat subjektif, dan tidak memberikan hasil yang
akurat.
Pendekatan lain untuk membedakan kharismatik
positif dan negatif adalah dengan melihat hubungan antara nilai-nilai dan
kepribadian para pemimpin tersebut. Musser (Yukl, 1994) menyarankan untuk
mengklasifikasi para pemimpin kharismatik sebagai positif atau negatif
berdasarkan orientasi, apakah berorientasi pada kebutuhan mereka sendiri atau
pada kebutuhan para pengikut dan organisasi. Musser mengajukan bahwa semua
orang kharismatik sengaja mencoba menanamkan komitmen terhadap tujuan-tujuan
ideologis, dan secara sadar atau tidak, mencoba untuk menanamkan devosi
terhadap diri mereka sendiri. Para kharismatik yang negatif lebih banyak
menekankan kepada devosi terhadap diri mereka sendiri daripada terhadap
cita-cita. Dalam kaitannya dengan proses mempengaruhi, mereka menekankan pada
identifikasi pribadi daripada internalisasi. Mereka dapat menggunakan seruan
ideologis, namun hanya sebagai alat untuk memperoleh kekuasaan, setelah itu,
ideologi tersebut diabaikan atau diubah untuk melayani sasaran-sasaran pribadi
pemimpin tersebut. Sebaliknya, para kharismatik positif mencoba untuk
menanamkan lebih banyak devosi kepada ideologi daripada pada dirinya sendiri.
Dalam kaitannya dengan proses-proses mempengaruhi, mereka menekankan
internalisasi daripada identifikasi pribadi.
Konsepsi Musser mengenai kharismatik yang positif dan negatif
konsisten dengan ide-ide dan penemuan-penemuan dari beberapa orang teoretikus
kepemimpin yang mengusulkan bahwa kharismatik yang negatif mempunyai orientasi
kepada suatu kekuasaan yang dipersonalisasi, sedangkan para kharismatik yang
positif mempunyai sebuah orientasi kekuasaan yang disosialisasi.
a.
Konsekuensi Kharismatik yang Negatif
Conger meninjau kembali penelitian
deskriptif tentang para pemimpin kharismatik, termasuk penelitian terhadap para
pemimpin yang sangat mencintai dirinya sendiri (narcissistic), dan ia
berkesimpulan bahwa sejumlah masalah serius kemungkinan akan muncul dalam
organsasi-organisasi yang dipimpin oleh para kharismatik negatif. Beberapa
kemungkinan masalah tersebut adalah sebagai berikut:
§ Hubungan antar-pribadi yang jelek.
§ Konsekuensi-konsekuensi negatif dari perilaku
impulsive dan tidak konvensional.
§ Konsekuensi-konsekuensi negatif dari manajemen
kesan.
§ Praktik-praktik administrasi yag lemah.
§ Konsekuensi-konsekuensi negatif dari rasa percaya
diri.
§ Gagal untuk merencanakan suksesi.
b.
Keuntungan Kharismatik yang Positif
Para pengikut kemungkinan akan berada dalam
keadaan lebih baik dengan seorang pemimpin kharismatik positif daripada jika
berada pada seorang pemimpin kharismatik yang negatif. Mereka lebih berpeluang
untuk mengalami pertumbuhan psikologis serta pengembangan kemampuan. Organisasi
tersebut juga lebih berpeluang untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
yang dinamis, kejam, dan bersaing. Dampak seorang pemimpin kharismatik yang positif
biasanya adalah penciptaan sebuah budaya yang berorientasi kepada keberhasilan,
sistem kerja yang tinggi, atau organisasi yang terdorong oleh nilai-nilai,
sehingga organisasi tumbuh menjadi sebuah organisasi yang unggul.
2.
Sisi Gelap Pemimpin Kharismatik
Teori utama mengenai kepemimpinan kharismatik menekankan pada
konsekuensi positif, tetapi sejumlah ilmuwan sosial juga telah mempertimbangkan
“sisi gelap” dari kharisma. Konsekuensi negatif yang mungkin terjadi dalam
organisasi dipimpin oleh kharismatik adalah:
a.
Keinginan akan penerimaan oleh pemimpin menghambat kecaman dari pengikut.
b.
Pemujaan oleh pengikut menciptakan khayalan akan tidak dapat berbuat
kesalahan.
c.
Keyakinan dan optimisme berlebihan membutakan pemimpin dari bahaya nyata.
d.
Penolakan akan masalah dan kegagalan mengurangi pembelajaran organisasi.
e.
Proyek berisiko yang terlalu besar akan besar kemungkinannya untuk gagal.
f.
Mengambil pujian sepenuhnya atas keberhasilan akan mengasingkan beberapa
pengikut yang penting.
g.
Perilaku impulsif yang tidak tradisional menciptakan musuh dan juga
orang-orang yang tidak percaya.
h.
Ketergantungan pemimpin akan menghambat perkembangan penerus yang
kompeten.
i.
Kegagalan untuk mengembangkan penerus menciptakan krisis kepemimpinan
pada akhirnya.
3.
Sisi
Terang dari Kharisma
Kharisma
juga memiliki sisi yang terang. Oleh Yukl (2001) sisi terang dari kharisma atau
pengaruh dari kharisma posotif antara lain disebutkan bahwa para pengikut akan
jauh lebih baik bila bersama dengan pemimpin kharismatik yang positif ketimbang
pemimpin kharismatik yang negatif. Bersama pemimpin kharismatik positif, para
pengikut memiliki potensi mengalami pertumbuhan psikologis dan perkembangan
kemampuan mereka dan organisasi akan lebih dapat beradaptasi terhadap sebuah
lingkungan yang dinamis, bermusuhan dan kompetitif. Pemimpin yang kharismatik
positif biasanya mampu menciptakan ssebuah budaya yang “berorientasi
keberhasilan” (Harrison, 1987 dalam Yukl, 2010), “sistem kinerja yang tinggi”
(Vail, 1978 dalam Yukl, 2010). Di sini, dapat dikatakan bahwa organisasi telah
memahami misi yang mewujudkan nilai-nilai sosial dan bukan hanya keuntungan
atau pertumbuhan, para anggota dari semua tingkatan juga diberikan kewenangan
untuk membuat putusan penting bagaimana menerapkan strategis dan melakukan
pekerjaan mereka, komunikasinya terbuka dan informasi dibagikan, dan struktur
dan sistem organisasi mendukung misinya.
Selain
di atas ada beberapa lagi sisi terang dari kepemimpinan karismatik yaitu antara
lain:
§ Lebih
mudah mengambil keputusan.
§ Mudah
mempengaruhi anggota, sehingga jarang terjadi konflik berkepanjangan.
§ Manejemen
konflik lebih baik.
§ Tidak
memandang harta dan kekayaan sebagai latar belakang seseoran.
§ Akan
sangat mudah di dalam memimpin suatu lembaga/organisasi, karenakan seluruh
anggota dalamnya mempunyai loyalitas yang tinggi kepada pemimpinnya.
2.9 Contoh Pemimpin
Karismatik
Diberbagai belahan dunia terdapat pemimpin yang memiliki
tipe kepemimpinan karismatik diantaranya sebagai berikut:
1.
Soekarno
Ir.
Soekarno adalah pemimpin yang kharismatik, memiliki semangat pantang menyerah
dan rela berkorban demi persatuan dan kesatuan serta kemerdekaan bangsanya. Namun
berdasarkan perjalanan sejarah kepemimpinannya, ciri kepemimpinan yang demikian
ternyata mengarah pada figur sentral dan kultus individu.
Presiden
Soekarno adalah bapak proklamator, seorang orator ulung yang bisa membangkitkan
semangat nasionalisme rakyat Indonesia. Beliau memiliki gaya kepemimpinan yang
sangat populis, bertempramen meledak-ledak, tidak jarang lembut dan menyukai
keindahan.
Gaya
kepemimpinan yang diterapkan oleh Ir. Soekarno berorientasi pada moral dan
etika ideologi yang mendasari negara atau partai, sehingga sangat konsisten dan
sangat fanatik, cocok diterapkan pada era tersebut. Sifat kepemimpinan yang
juga menonjol dan Ir. Soekarno adalah percaya diri yang kuat, penuh daya tarik,
penuh inisiatif dan inovatif serta kaya akan ide dan gagasan baru. Sehingga
pada puncak kepemimpinannya, pernah menjadi panutan dan sumber inspirasi
pergerakan kemerdekaan dari bangsa-bangsa Asia dan Afrika serta pergerakan
melepas ketergantungan dari negara-negara Barat (Amerika dan Eropa).
Ir.
Soekarno adalah pemimpin yang kharismatik, memiliki semangat pantang menyerah
dan rela berkorban demi persatuan dan kesatuan serta kemerdekaan bangsanya.
Namun berdasarkan perjalanan sejarah kepemimpinannya, ciri kepemimpinan yang
demikian ternyata mengarah pada figur sentral dan kultus individu. Menjelang
akhir kepemimpinannya terjadi tindakan politik yang sangat bertentangan dengan
UUD 1945, yaitu mengangkat Ketua MPR (S) juga.
Soekarno
termasuk sebagai tokoh nasionalis dan anti-kolonialisme yang pertama, baik di dalam
negeri maupun untuk lingkup Asia, meliputi negeri-negeri seperti India, Cina,
Vietnam, dan lain-lainnya. Tokoh-tokoh nasionalis anti-kolonialisme seperti
inilah pencipta Asia pasca-kolonial. Dalam perjuangannya, mereka harus memiliki
visi kemasyarakatan dan visi tentang negara merdeka. Ini khususnya ada dalam
dasawarsa l920-an dan 1930-an pada masa kolonialisme kelihatan kokoh secara
alamiah dan legal di dunia. Prinsip politik mempersatukan elite gaya Soekarno
adalah “alle leden van de familie aan een eet-tafel” (semua anggota keluarga
duduk bersama di satu meja makan). Dia memperhatikan asal-usul daerah, suku,
golongan, dan juga partai.
v
Tindakan Soekarno Sebelum Kemerdekaan
Soekarno,
dilahirkan tanggal 6 Juni 1901 di Surabaya. Ayahnya seorang bangsawan Jawa
bernama Sukemi Sastrodihardjo dan Ibunya seorang bangsawan Bali bernama Idayu
Njoman Rai. Perpaduan darah dari kedua bangsawan ini nampaknya menumbuhkan
pribadi yang disegani, berwibawa, jiwa yang berkarakter dan watak cerdas pada
diri Soekarno.
Pada
masa pergerakan nasional kita telah mengenal beberapa kelompok organisasi
sosial maupun politik seperti: Boedi Utomo, Sarikat Islam, dsb, yang
masing-masing berjuang untuk tujuan yang sama yaitu melepaskan diri dari
kolonialisme Belanda. Meskipun cara yang ditempuh berbeda antara yang satu
dengan yang lain. Namun hakikat gerakan tetap merupakan suatu cerminan dari
rasa cinta terhadap tanah air. Salah satu dari gerakan tersebut adalah
nasionalisme radikal (PNI) yang didirikan oleh Soekarno, dialah yang memberikan
warna pada gerakan tersebut dan dia pula yang menempatkan nasionalisme pada
tempat yang paling tinggi. Kecintaan pada bangsa dan tanah air merupakan fokus
utama.
Bagi
Soekarno, bangsa, kebangsaan atau nasionalisme dan tanah air merupakan suatu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Dia memandang semuanya sebagai “Ibu
Indonesia” yang memberikan seluruh isi alamnya untuk hidup kita semua. Itu
sebabnya dia mengajak kita untuk memperhambakan diri kepadanya. Penderitaan
bangsa Indonesia dibawah kolonialisme Belanda juga memberikan pengaruh terhadap
warna nasionalisme yang diyakininya. Nasionalisme yang diyakininya adalah
berdasarkan menselijkheid. “Nasionalismeku adalah
perikemanusiaan”, begitulah dia mengambil kalimat dari Mahatma Gandhi, pemimpin
pergerakan politik India.
Begitu
pentingnya nasionalisme dalam perjalanan politik Soekarno membuat dia
menempatkan nasionalisme ketempat teratas dalam prinsip ideologi yang dikenal
Pancasila, yang dikemukakan pada saat perumusan dasar negara disidang BPUPKI
tanggal 1 Juni 1945. Dengan kemampuannya meyakinkan orang lain membuat
Pancasila ini diterima oleh seluruh kalangan, mengalahkan paham-paham lain yang
diajukan oleh rekan-rekannya seperti: Moch.Yamin, Ki Bagus Hadi Kusumo, Mr.
Soepomo, dan Lim. Dan dengan hal ini pula, Soekarno dikenal sebagai pencipta
dari Pancasila yang terdiri dari: Kebangsaan Indonesia; Internasionalisme atau
perikemanusiaan; Mufakat atau Demokrasi; Kesejahteraan Sosial dan Ketuhanan
Yang Berkebudayaan; yang kemudian menjadi dasar negara Indonesia.
v
Tindakan Soekarno Setelah Kemerdekaan
Sehari
setelah diproklamasikan kemerdekaan Indonesia, PPKI segera menunjuk Soekarno
sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama. Ini semua tidak lepas atas
kontribusi yang diberikannya kepada bangsa ini, sehingga bangsa ini telah
sampai kepada pintu gerbang kemerdekaannya. Selanjutnya, Soekarno yang telah
mendapat legitimasi dan wewenang bergerak untuk memimpin jalannya roda
pemerintahan Indonesia.
Menurut
analisa penulis, wewenang yang ada pada diri Soekarno merupakan wewenang
kharismastik, hal ini didasarkan pada kepercayaan anggota masyarakat pada
kesaktian (kewibawaan) dan kekuatan mistik sekalipun Soekarno juga memiliki
unsur wewenang rasional-legal yang didasarkan atas kepercayaan pada tatanan
hukum rasional (UUD 1945) yang melandasi kedudukannya sebagai seorang pemimpin.
Ternyata,
Indonesia yang sudah memproklamasikan kemerdekaannya belumlah sepenuhnya
merdeka. Indonesia masih mendapatkan ancaman dari serdadu Belanda yang datang
melakukan agresi militer sekaligus gencatan senjata. Walaupun didalam jiwa
bangsa Indonesia masih bergelora semangat juang “Sekali Merdeka tetap merdeka”
dan “Merdeka atau Mati”, namun akhirnya para pemimpin bangsa bersedia melakukan
perundingan dengan Belanda untuk menghindari jatuhnya korban. Terhitung
terdapat tiga perjanjian antara Indonesia dan Belanda. Setelah melalui
pertumpahan darah dan perjuangan diplomatis, pada tanggal 27 Desember 1949,
Belanda mengakui Kedaulatan Republik Indonesia dengan syarat Indonesia haruslah
berbentuk serikat. NKRI yang diproklamasikan Soekarno pada tanggal 17 Agustus
1945 hanya dianggap sebagai negara bagian dari RIS. Akhirmya, pada tanggal 16
Desember 1949 diselenggarakan pemilihan presiden RIS di Yogyakarta. Soekarno
terpilih dalam pemilu tersebut dan dilantik keesokan harinya, sehingga untuk
mengganti kekosongan dalam jabatan Presiden Negara Republik Indonesia,
diangkatlah Mr. Assat.
Bentuk
negara serikat (RIS) nyatanya tidak hidup terlalu lama di bumi Indonesia. Pada
tanggal 17 Agustus 1950 Indonesia kembali menganut bentuk negara kesatuan
walaupun konstitusinya masih menggunakan konstitusi RIS (UUDS 1950) dan sistem
pemerintahan masih berbentuk parlementer dimana para menteri (kabinet)
bertanggung jawab kepada parlemen. Jabatan presiden pun diambil alih lagi oleh
Soekarno tetapi jabatan ini hanya sebagai kepala negara saja. Untuk urusan
kepala pemerintahan masih dipegang oleh perdana menteri.
Walau
sudah kembali kedalam bentuk negara kesatuan, terdapat ketidakpuasan terhadap
pemerintah pusat yang terjadi di beberapa daerah sehingga menimbulkan gerakan
separatis. Kemudian sering terjadinya pergantian kabinet yang jumlahnya
mencapai tujuh kali. Keadaan tersebut semakin dirancukan oleh berbagai keaadan
seperti, rancunya hubungan antara legislatif dan eksekutif dimana menurut pihak
eksekutif, konstituante sebagai pihak legislatif pada masa itu tidak mampu
menyelesaikan tugasnya dalam menghasilkan Undang-undang yang baru.
Presiden
Soekarno yang saat itu hanya menjabat sebagai presiden konstitusional dimana
kedudukannya hanya sebagai simbol pemersatu bangsa tidak puas dengan
kedudukannya itu dan ingin ikut campur dalam pemerintahan. Menurut pengataman
Soekarno, demokrasi liberal yang dipegang Indonesia saat itu tidak mendorong
Indonesia mendekati tujuan revolusi yang berupa masyarakat adil dan makmur,
sehingga pada gilirannya pembangunan ekonomi sulit dimajukan. Soekarno ingin
melihat bangsa Indonesia kembali seperti pada awal-awal kemerdekaan dulu.
Dengan
dalih itu, akhirnya pada tanggal 5 Juli 1959, Soekarno mengeluarkan Dekrit yang
isinya membubarkan konstituante dan menyatakan kembali ke UUD 1945. Dengan ini
pula menandai awal berdirinya masa Demokrasi Terpimpin di Indonesia.
Demokrasi
Terpimpin adalah demokrasi yang tidak didasarkan atas paham liberalisme,
sosialisme-nasional, fasisme, dan komunisme, tetapi suatu paham demokrasi yang
didasarkan atas keinginan luhur bangsa Indonesia seperti yang dicantumkan dalam
pembukaan UUD 1945, menuju pada satu tujuan yaitu mencapai masyarakat adil dan
makmur dengan kebahagiaan material dan spiritual sesuai dengan cita-cita
Proklamasi.
Segala
bentuk ataupun tindakan Soekarno dalam memimpin Indonesia pada saat Demokrasi
Terpimpin akan sangat terasa apabila kita melihatnya melalui pendekatan
perilaku (behavioral approach). Dalam pendekatan ini, Soekarno yang diangkat
oleh MPRS sebagai Pemimpin Besar Revolusi merupakan pusat dari seluruh aspek
sistem sosial politik Indonesia. Walaupun dalam perjalanannya, terdapat dua
kekuatan besar lainnya yang berada dibelakang Soekarno dalam sistem sosial
politik Indonesia pada masa itu, yaitu: PKI dan Angkatan Darat.
Namun
sangat disayangkan, pada masa ini terjadi banyak penyimpangan. Praktik dari
cita-cita Demokrasi Terpimpin yang luhur tidak pernah dilaksanakan secara
konsekuen. Soekarno diangkat sebagai presiden seumur hidup melalui TAP MPRS
No.III Tahun 1963. Hal ini telah menyalahi UUD 1945 mengenai pembatasan waktu
jabatan presiden selama lima tahun. Soekarno pun membubarkan konstituante (DPR)
hasil dari pemilu pertama dan digantikan oleh DPR-GR. DPR-GR ditonjolkan
peranannya dalam membantu pemerintah tetapi fungsi kontrolnya ditiadakan.
Selanjutnya pimpinan DPR-GR diangkat sebagai menteri. Dengan demikian, DPR-GR
ditekankan fungsinya sebagai pembantu presiden disamping fungsi utamanya
sebagai wakil rakyat. Kemudian konsep trias politica seolah hilang.
Misal, presiden diberikan wewenang untuk ikut campur dalam bidang yudikatif
berdasarkan UU No. 19 Tahun 1964 dan dibidang legislatif berdasarkan Peraturan
Tata Tertib Peraturan Presiden No. 14 Tahun 1960 ketika DPR-GR tidak mencapai
kata mufakat. Hal ini menjadikan kaburnya batas-batas wewenang antara eksekutif
dan legislatif, keduanya dirangkap oleh Presiden.
2.
John F. Kennedy
John F. Kennedy disumpah sebagai Presiden
ke-35 pada siang 20 Januari 1961. Dalam pidato pelantikannya, ia meminta agar semua penduduk
Amerika Serikat aktif dengan menyatakan, "Jangan tanya apa yang bisa
negara berikan untuk kalian; tanyalah apa yang bisa kalian berikan untuk
negara." Ia meminta negara-negara di dunia ikut memerangi "musuh
bersama umat manusia: tirani, kemiskinan, penyakit, dan perang itu
sendiri".
Ia menambahkan: "Semuanya tidak akan
selesai dalam kurun seratus hari pertama, tidak pula dalam seribu hari pertama,
tidak juga dalam masa pemerintahan ini, bahkan tidak dalam kurun hayat kita di
planet ini. Tetapi marilah kita merintisnya." Sebagai penutup, ia
mengutarakan keinginannya untuk menciptakan internasionalisme yang lebih besar:
"Akhirnya, entah kalian warga Amerika atau warga dunia, berikan kami
standar kekuatan dan pengorbanan yang sama tingginya seperti yang kami mintakan
kepada kalian."
v Kebijakan Luar Negeri
Kebijakan luar negeri Presiden Kennedy
didominasi oleh konfrontasi Amerika Serikat dengan Uni Soviet yang didasari persaingan proksi pada
tahap awal Perang
Dingin. Pada tahun
1961, Kennedy sangat ingin bertemu dengan Perdana Menteri
Soviet Nikita
Khrushchev. Presiden
pun salah langkah dengan bereaksi agresif terhadap pidato rutin Khrushchev
tentang konfrontasi Perang Dingin pada awal 1961. Pidato tersebut ditujukan
pada pendengar dalam negeri Uni Soviet, tetapi Kennedy mengartikannya sebagai
tantangan pribadi. Kesalahannya justru menambah ketegangan saat Pertemuan Wina Juni 1961.
Dalam perjalanan ke konferensi tingkat tinggi
itu, Kennedy berhenti di Paris untuk bertemu Charles de Gaulle. De Gaulle menyarankan Kennedy agar
mengabaikan gaya abrasifnya Khrushchev. Presiden Perancis yang ini sangat
nasionalis dan mencurigai pengaruh Amerika Serikat di Eropa. Meski begitu, de
Gaulle lumayan terkesima oleh presiden muda tersebut dan keluarganya. Kennedy
mengangkat kesan de Gaulle dalam pidatonya di Paris dengan mengatakan bahwa ia
akan dikenang sebagai "pria yang menemani Jackie Kennedy ke Paris."
Pada tanggal 4 Juni 1961, presiden bertemu
Khrushchev di Wina dan meninggalkan rapat dalam keadaan marah dan kecewa karena
ia membiarkan Khrushchev mempermainkannya, sekalipun sudah diperingatkan.
Khrushchev secara pribadi terpesona dengan kecerdasan sang presiden, namun
menganggapnya lemah. Kennedy memang berhasil menyampaikan intisari masalah yang
paling sensitif bagi keduanya, yaitu rencana perjanjian antara Moskwa dan Berlin Timur. Ia menjelaskan bahwa perjanjian
apapun yang melanggar hak akses A.S. ke Berlin Barat akan dianggap sebagai tindakan
perang.
Sesaat setelah presiden pulang. Uni Soviet
mengumumkan keinginannya untuk menandatangani perjanjian dengan Berlin Timur
yang otomatis melanggar hak pendudukan pihak ketiga apapun di semua sektor kota.
Depresi dan marah, Kennedy pun memperkirakan satu-satunya pilihan baginya
adalah mempersiapkan Amerika Serikat untuk perang nuklir. Ia secara pribadi
menganggap kemungkinan perang nuklir pecah adalah satu banding lima.
Beberapa minggu setelah pertemuan Wina, lebih
dari 20.000 orang mengungsi dari Berlin Timur ke sektor barat sebagai reaksi
terhadap pernyataan Uni Soviet. Kennedy memulai serangkaian rapat intensif
tentang masalah Berlin. Dean Acheson merekomendasikan pengerahan militer bersama para sekutu
NATO. Dalam pidato Juli 1961, Kennedy mengumumkan keinginannya untuk
menambahkan $3,25 miliar ke anggaran pertahanan dan 200.000 tentara
tambahan. Ia juga menyatakan bahwa serangan ke Berlin Barat akan dianggap
sebagia serangan terhadap Amerika Serikat. Pidato tersebut mendapat persetujuan
rakyat sebesar 85%.
Bulan berikutnya, Uni Soviet dan Berlin Timur
mulai memblokir semua jalan dari Berlin Timur ke Berlin Barat dan membangun
pagar kawat berduri di seluruh kota, lalu diperkuat menjadi Tembok Berlin. Tanggapan awal Kennedy adalah
mengabaikannya selama akses bebas dari Berlin Barat ke Timur diperbolehkan.
Rencana tersebut berubah setelah diketahui bahwa warga Berlin Barat tidak
mempercayakan lagi pertahanan mereka kepada Amerika Serikat. Kennedy mengutus
Wakil Presiden Johnson dan sejumlah personel militer untuk berkonvoi melintasi
Jerman Barat, termasuk melalui pos pemeriksaan Soviet, untuk menunjukkan bahwa
komitmen A.S. di Berlin Barat terus berlanjut.
Kennedy menyampaikan pidato di Saint Anselm College pada tanggal 5 Mei 1960 tentang sikap Amerika Serikat
dalam Perang Dingin. Pidato tersebut merincikan bagaimana kebijakan luar negeri
A.S. seharusnya diterapkan pada negara-negara Afrika. Ia memberi tanda dukungan
untuk nasionalisme modern Afrika dengan mengatakan, "Kami juga dulu
mendirikan bangsa baru dengan memberontak melawan pemerintah kolonial."
v
Kebijakan dalam negeri
Kennedy menyebut program dalam negerinya "New Frontier" (Batas Baru). Program ini dengan ambisiusnya
menjanjikan kucuran dana federal untuk sektor pendidikan, layanan kesehatan
untuk lansia, bantuan ekonomi untuk kawasan pedesaan, dan intervensi pemerintah
untuk menghambat resesi. Kennedy juga menjanjikan berakhirnya diskriminasi ras.
Dalam pidato State of the Union-nya tahun 1963, ia mengusulkan
reformasi pajak besar-besaran dan pengurangan pajak pendapatan dari kisaran
20–90% menjadi 14–65%; ia mengusulkan pengurangan pajak perusahaan dari 52
menjadi 47%. Kennedy menambahkan bahwa batas tertinggi pajak seharusnya 70%
jika pengurangan tertentu tidak diterapkan pada penduduk berpendapatan tinggi.[175] Kongres baru mengambil tindakan tahun
1964, setelah kematiannya, dengan menurunkan batas tertinggi pajak perorangan
sampai 70% dan batas tertinggi pajak perusahaan sampai 48% (lihat Revenue Act of 1964).
Di hadapan Economic Club of New York tahun 1963, ia menyebutkan adanya
"... kenyataan paradoks bahwa nilai pajak terlalu tinggi dan
pendapatan terlalu sedikit; dan cara yang paling masuk akal untuk menaikkan
pendapatan dalam jangka panjang adalah menurunkan nilai pajaknya
sekarang."
Dari
kilasan diatas, dapat kita lihat bahwa gaya kepemimpinan Presiden Jhon. F.
Kennedy adalah Pemimpin demokratis yang terkenal,
seseorang tidak salah ketika mengatakan Presiden Kennedy adalah seorang
Demokrat dan tentunya ia akan dikenang sebagai seorang pemimpin besar.Namun
Presiden Kennedy sebenarnya contoh yang sangat baik dari pemimpin karismatik - tidak
demokratis.selain itu, John F. Kennedy juga merupakan tokoh politik.
Selain tadi bahwa john
f.Kenedy adalah seorang pemimpin yang demokratis juga John F.Kenedy paling
karismatik Amerika Serikat, John F. Kennedy berasal dari keluarga yang kuat,
dan diberkati dengan penampilan yang baik di samping charisma pribadinya.Karena
pasangan karismatik dan bergaya, John dan Jackie, Kennedy Gedung Putih dikenal
sebagai Camelot.
3.
Martin Luther King. Jr
King adalah seorang pendeta di Gereja Baptis
Montgomery, Alabama yang berjuang melawan diskriminasi rasial. Pada tahun 1963,
King memimpin demonstrasi pemboikotan bus di Birmingham. Pemboikotan itu
dilakukannya tanpa menggunakan kekerasan. Ia mengikuti prinsip-prinsip Mahatma Gandhi yang melakukan perlawanan dengan menghindari
kekerasan. Untuk beberapa tahun, ia membuat kesuksesan besar, tetapi secara
berangsur-angsur orang-orang kulit hitam muda menjauhinya karena mereka tidak
dapat menerima antikekerasannya. Sebaliknya, King tidak pernah berhenti dan
meluaskan programnya.
4.
Mahatma Gandhi
Gandhi lahir pada 2 Oktober 1869 di negara bagian Gujarat di India. Beberapa dari anggota keluarganya bekerja
pada pihak pemerintah. Saat remaja, Gandhi pindah ke Inggris untuk mempelajari hukum. Setelah dia menjadi pengacara, dia pergi ke Afrika Selatan, sebuah koloni Inggris, di mana dia mengalami diskriminasi
ras yang dinamakan apartheid. Dia kemudian memutuskan untuk menjadi seorang aktivis politik agar dapat mengubah hukum-hukum yang
diskriminatif tersebut. Gandhi pun membentuk sebuah gerakan non-kekerasan.
Ketika kembali ke India, dia membantu dalam proses kemerdekaan India dari
jajahan Inggris; hal ini memberikan inspirasi bagi rakyat di koloni-koloni
lainnya agar berjuang mendapatkan kemerdekaannya dan memecah Kemaharajaan Britania untuk kemudian membentuk Persemakmuran
5.
Nelson Mandela
Nelson Mandela adalah seorang pemuda yang berasal dari
sebuah desa di afrika, tumbuh menjadi ppresiden kulit hitam pertama Afrika
Selatan dan menjadi salah satu tokoh dunia yang paling berpengaruh. Sebelum
menjadi presiden, Mandela memimpin perjuangan panjang dan sulit melawan
segregasi di Afrika Selatan. Di bawah segregasi, orang kulit hitam dan kulit
putih hidup terpisah. Segregasi menyangkal banyak hak – hak dasar warga kulit
hitam. Mandela menghabiskan waktu bertahun – tahun di penjara untuk encoba
mengakhiri segregasi di Afrika Selatan.
BAB
III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Kepemimpinan
sangat berpengaruh dalam proses penyelenggaraan dalam suatu organisasi, agar
pengaruh yang timbul dapat meningkatkan kinerja personil secara optimal. Maka
pemimpin harus memiliki wawasan dan kemampuan dalam melaksanakan gaya
kepemimpinan. kepemimpinan yang karismatik dapat menunjang visi misi yang telah
ada berjalan dengan lebih baik karena keahliannya. Dengan kepemimpinan ini,
maka organisasi yang dipimpinnya akan menjadi organisasi yang berkembang dengan
baik dan berpacu dengan tuntutan
zaman.
Pincode Resort Casino | Las Vegas - MapYRO
ReplyDeleteLocated 제천 출장마사지 in the heart of 계룡 출장안마 the Strip, the Pincode Resort 여주 출장마사지 Casino is a 당진 출장마사지 perfect base for relaxation and entertainment. This family-friendly resort features a Rating: 2.3 · 1,823 익산 출장안마 reviews